logo Kompas.id
โ€บ
Opiniโ€บBudaya Berkomputer dan...
Iklan

Budaya Berkomputer dan Kecakapan Bernalar

Menurut beberapa ilmuwan penyintas zaman, manusia hari ini terlalu cepat percaya dan kurang skeptis terhadap hasil penghitungan komputer. Kecakapan bernalar, intuisi, sense, dan pengalaman dalam penghitungan kian surut.

Oleh
Iwan Pranoto
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Oz0Qfj0dAaX2H3kiOdCoJznzXdU=/1024x640/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2FWebinar_89145746_1589040220.jpg
SCREENSHOOT ZOOM CLOUD MEETING 08-05-2020

Diskusi yang membahas cara menyiasati liputan saat karantina wilayah akibat Covid-19 secara daring ini diikuti ratusan peserta pada 9 Mei 2020.

Sejak awal abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-20, kata computer atau komputer ditujukan kepada pekerjaan atau orang yang bertugas menghitung suatu perhitungan. Bahkan, pada 1960-an, seorang wanita ahli geometri analitik, Katherine Johnson, merupakan salah satu human computer atau komputer manusia di NASA yang perannya amat berarti dalam sejarah penjelajahan umat manusia ke angkasa. Nona Johnson juga terlibat menghitung lintasan misi Apollo 11 yang berhasil menjelajah Bulan. Kisah suka-dukanya diabadikan dalam film Hidden Figures.

Namun, jika kata โ€komputerโ€ diucapkan seseorang sekarang, yang langsung tergambar di benak ialah sebuah perangkat elektronik, sebuah mesin, sama sekali bukan manusia. Keterlibatan benda komputer dalam kehidupan modern ini telah mengubah budaya. Khususnya, bagaimana manusia berpikir dan belajar hari ini telah mengalami lompatan besar berkat adanya komputer. Ketersediaan dan kelekatan perangkat komputer yang berkolaborasi dengan badan sekaligus benak manusia telah mengubah dan mempercepat cara memproduksi pengetahuan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan