logo Kompas.id
OpiniJangan Bunuh Kebebasan Pers
Iklan

Jangan Bunuh Kebebasan Pers

”Demokrasi telah mati. Media adalah urat nadi demokrasi. Tanpa media, demokrasi tak bisa hidup,” ungkap Aung Marm Oo (37) dari tempat persembunyiannya.

Oleh
Editor
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JN8eOvGA31dnVCx_nyAxR3ug79A=/1024x677/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2FMYANMAR-ROHINGYAWORLD-COURT_85680492_1579622140.jpg
REUTERS / YVES HERMAN

Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi berbicara pada hari kedua pemeriksaan dalam kasus yang diajukan oleh Gambia terhadap Myanmar yang menuduh genosida terhadap penduduk minoritas Muslim Rohingya, di Mahkamah Internasional (ICJ) di Den Haag, Belanda, 11 Desember 2019.

”Demokrasi telah mati. Media adalah urat nadi demokrasi. Tanpa media, demokrasi tak bisa hidup,” ungkap Aung Marm Oo (37) dari tempat persembunyiannya.

Aung Marm adalah Pemimpin Redaksi Grup Media Pembangunan (DMG), Myanmar. Dia menyatakan peringatannya kepada Reuters, seperti dilaporkan Kompas, Sabtu (13/6/2020). Pemerintah sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi, peraih Nobel Perdamaian 1991, dinilai membungkam kebebasan informasi, memblokir media, membatasi kantor berita, melarang peliputan, dan menghukum wartawan.

Editor:
kompascetak
Bagikan