logo Kompas.id
OpiniMenuju Tatanan Hidup dengan...
Iklan

Menuju Tatanan Hidup dengan Covid-19, Mungkinkah?

Tulisan M Qodari di ”Kompas”, beberapa waktu lalu, provokatif. Sebab, ia menantang asumsi yang diyakini banyak orang sebagai pendekatan yang paling arus utama (”mainstream”) dalam penanganan pandemi, yaitu pengekangan.

Oleh
Hamdi Muluk
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/P9RMiXbxPFTZ1Q2zsOPsvsm_kuo=/1024x602/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2Fc62d4d1c-2e68-4275-93c6-48a47b852cf6_jpg.jpg
Kompas/AGUS SUSANTO

Penumpang komuter membawa helm sendiri saat memasuki Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/6/2020). DKI Jakarta, yang menjadi tujuan utama para komuter, memperpanjang pembatasan sosial berskala besar hingga 30 Juni 2020. Periode ini sekaligus menjadi masa transisi bagi masyarakat untuk berlatih menuju kehidupan normal baru.

Tulisan M Qodari, CEO Indo Barometer (Kompas, 14/5/2020), dengan judul ”Tatanan Hidup Baru dengan Covid-19 (THC)” sangat menarik, kalau tidak mau dibilang provokatif.

Kenapa provokatif? Karena ia menantang asumsi yang diyakini banyak orang sebagai pendekatan yang paling arus utama (mainstream) dalam penanganan pandemi, yaitu pengekangan (restriction). Kebijakan restriksi ini dalam implementasinya bisa terentang dalam kontinum dari total penguncian (total lockdown), karantina wilayah, atau seperti di Indonesia: pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan