logo Kompas.id
Opini”Indonesia Terserah”, Ironi...
Iklan

”Indonesia Terserah”, Ironi ALARA

Pengalaman dari wabah ebola, SARS, dan H5N1 (flu burung) menunjukkan bahwa keberhasilan komunikasi risiko saat krisis mensyaratkan kepercayaan warga kepada pihak otoritas.

Oleh
Budi Widianarko
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vS6OBAzxYRH9SQEIQ3R4-aTka1w=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F3082ad47-4517-4670-9953-f3efd5aac92b_jpg.jpg
Kompas/Yuniadhi Agung

Kepadatan lalu lintas terlihat di kawasan Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Jumat (22/5/2020). Dua hari menjelang hari raya Idul Fitri, warga memadati pasar tradisional untuk membeli bahan masakan yang akan disajikan pada saat lebaran.

Budiman Tanuredjo dalam kolomnya (Kompas, 23/5) menyebut tagar satire #IndonesiaTerserah sebagai kritik untuk pemerintah dan masyarakat sekaligus. Disebutkan, tagar itu merupakan protes atas ketidakdisiplinan dan pembangkangan masyarakat; sekaligus protes atas kurangnya koordinasi dan kekompakan elite serta boleh jadi juga pada kepemimpinan negeri ini.

Kebijakan pemerintah dalam penanganan wabah Covid-19 memang cenderung tak konsisten dan tak padu (coherent), seperti pada kasus larangan mudik yang tak diimbangi penghentian pelayanan transportasi. Wabah Covid-19 di Indonesia masih menghadirkan situasi krisis yang penuh ketidakpastian.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan