logo Kompas.id
OpiniGerakan Tinggal di Rumah Vs...
Iklan

Gerakan Tinggal di Rumah Vs Covid-19

Ujian tanggap darurat Covid-19 memang lebih berat karena menghadapi virus langsung dibanding virus ”Dengue” menghadapi nyamuknya, maka harus kita hadapi secara bersama-sama.

Oleh
JB Soebroto
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/irs-4U0l05eN8zXe4vJBPYDQHcM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fe1e4fd07-7e55-4847-b1b6-9d9e604a40c0_jpg.jpg
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas (berudeng) menjenguk seorang anak penderita demam berdarah di RSUD Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (14/3/2020). Di Banyuwangi, sejak Januari hingga pertengahan Maret tercatat terdapat 39 kasus demam berdarah, dua di antaranya meninggal dunia.

Gerakan karantina jaga jarak ”tinggal dirumah saja” secara serentak dan konsisten selama tanggap darurat sangat menentukan keberhasilan mengakhiri wabah Covid-19. Hal ini layak mendapat dukungan bersama. Tulisan ini upaya memberi inspirasi, motivasi, agar gerakan ”tinggal di rumah-jaga jarak” betul-betul dilaksanakan.

Virus dengue

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan