logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊValiditas Klimatologi Covid-19
Iklan

Validitas Klimatologi Covid-19

Memprediksi perilaku virus SARS-CoV-2 berdasarkan karakteristik virus korona SARS dan MERS adalah tindakan sangat spekulatif. Sangat tidak bijak jika hanya mengharapkan keberpihakan dari faktor iklim.

Oleh
Yordan Khaedi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/KABUlgkYR7c141jbQ58kcuqXzqQ=/1024x696/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F04%2FPresiden-Wacanakan-Mengganti-Libur-Idul-Fitri-Pada-Hari-Lain_88705412_1586700730.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Wartawan merekam pidato pengantar Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas Lanjutan Pembahasan Antisipasi Mudik dengan sejumlah menteri dan kepala daerah melalui konferensi video di ruang wartawan Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (2/4/2020).

Beberapa waktu lalu, seperti dikutip beberapa media cetak dan elektronik, Presiden Joko Widodo dan juga Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan adanya faktor klimatologi, seperti suhu udara dan kelembaban, yang menjadi salah satu aspek yang memengaruhi sebaran wabah virus SARS-CoV-2 (Covid-19) di dunia.

Terkait hal itu, Indonesia sebagai negara beriklim panas (suhu tinggi) dan memiliki kelembaban relatif tinggi akan diuntungkan oleh minimalisasi penyebaran Covid-19. Pendapat yang sama disimpulkan dari rekomendasi kajian Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia yang menyebutkan bahwa kondisi iklim Indonesia tidak ideal untuk virus SARS-CoV-2 dan kondisi iklim tersebut membantu menghambat penyebaran Covid-19 (Kompas, 4/4/2020).

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan