logo Kompas.id
OpiniCerita Socrates dan Ibnu Sina
Iklan

Cerita Socrates dan Ibnu Sina

Kebersamaan dan semangat persaudaraan menjadi kunci mengahadapi pandemi Covid-19. Yang dibutuhkan saat ini orang yang memiliki rasa kemanusian, ”compassion”, bela rasa, terhadap penderitaan orang lain.

Oleh
Trias Kuncahyono
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JDAywoV2ht4M4oOWoW-8ZFI-0-Q=/1024x1140/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2Ftrias-kuncahyono-baru2012_1545311337.jpg
INDRO UNTUK KOMPAS

Trias Kuncahyono, wartawan Kompas 1988-2018

Socrates yang lahir pada tahun 470 SM di Alopeca, sebuah dusun di Attica, Athena, adalah putra pasangan Sofronisco (seorang pematung) dan Fenareta (seorang bidan). Dari pasangan pematung dan bidan itu, lahirlah seorang filsuf kondang yang kemudian hari melahirkan filsuf-filsuf kondang pula, seperti Platon.

Salah satu yang menarik dari Socrates adalah kisah kematiannya. Kematian Socrates begitu tragis, menurut cerita. Di kemudian hari, kematiannya mengungkapkan penghormatan klasik terhadap negara. Kepentingan negara nomor satu, melampaui kepentingan pribadi, kepentingan kelompok, kepentingan golongan, dan kepentingan apa pun.

Editor:
prasetyoeko
Bagikan