logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊSemiotika Korona
Iklan

Semiotika Korona

Abad ini adalah era informasi, dan soal informasi tak lain adalah perkara bahasa. Dengan bahasa kita dapat memahami sekaligus salah paham. Bahasa bahkan bisa lebih ganas daripada wabah apa pun.

Oleh
Acep Iwan Saidi
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/UgmDqydESrqNQLmjjJzU79GahEo=/1024x1276/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fc9ea41b5-7b81-4872-8db4-3cd083bbc8f3_jpg.jpg
KOMPAS/ALIF ICHWAN

Warga melintas di depan mural bertema Waspada Covid-19 yang berada di daerah Depok Jawa Barat, Selasa (31/3/2020). Mural karya Komunitas Mural Depok, ini dibuat agar warga waspada terhadap penyebaran virus corona Covid-19 yang telah meluas bukan hanya di daerah Depok juga daerah lainnya di Indonesia.

Korona, keluarga virus itu, bisakah dipahami sebagai tanda?

Dalam semiotika, tanda dipahami sebagai sesuatu yang mewakili yang lain. Tanda, kata Barthes (1985), adalah hubungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah entitas yang membenda (tangible), termasuk di dalamnya yang terlihat dan terdengar (audio visual), sedangkan petanda adalah konsep atau sesuatu yang terdapat di balik tanda. Virus korona yang kini sedang berkeliaran menebar maut itu, jika disikapi sebagai tanda sedemikian, bagaimanakah wujudnya?

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan