logo Kompas.id
OpiniMenanti Arsitektur Tol Inovasi
Iklan

Menanti Arsitektur Tol Inovasi

Saat ini, lima kelembagaan iptek belum sepenuhnya terkoneksi. Menghubungkan hampir 5.000 lembaga tak mudah karena masing-masing punya karakter. Perlu membangun konektivitas yang mendukung iklim invensi-inovasi.

Oleh
Edi Santosa
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/46G6gO-cCNeppZJKJ2k8ZA4Ix1Y=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2Fb51a0d25-492e-463a-916a-05119a8865e0_jpg.jpg
KOMPAS/IRENE SARWINDANINGRUM

Kepala Laboratorium Biodiesel dan Proses Katalitik Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Ali Rimbasa Siregar di Jakarta, Jumat (6/3/2020), menunjukkan biodiesel dari jelantah yang dihasilkan dari uji coba yang dilakukan lembaga penelitian itu.

”Saya akan memanjat tiang bendera agar bisa bertemu Presiden,” begitu kata Profesor Subagyo, penemu katalis biodiesel dari ITB. Hal itu diungkapkan saat ia bertemu Presiden Jokowi di Rakornas Kemenristek/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) 30 Januari 2020 di Tangerang.

Sepintas saya kira itu sekadar ”candaan ala profesor”. Tetapi ia melanjutkan, ”Saya sudah promosikan temuan ini kepada 10 menteri,” dengan raut muka serius. Wah, ini eufemisme bagi sistem inovasi kita! Sejujurnya, yang dikeluhkan Profesor Subagyo juga dirasakan sebagian besar peneliti lain. Sulit menemukan pengguna inovasi. Khususnya men-delivery yang bukan pesanan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan