logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊMengurai Kontroversi Keris...
Iklan

Mengurai Kontroversi Keris Diponegoro Setelah 190 Tahun Dikuasai Belanda

Apa pun kontroversi yang terjadi, dikembalikannya keris milik Pangeran Diponegoro hendaknya dimaknai sebagai niat baik Belanda, mengembalikan berbagai artefak bersejarah kepada pemiliknya yang sah: rakyat Indonesia.

Oleh
Jimmy S Harianto
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/lSHRbQvqJvnVBc2jG4-Xa1xi-d4=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2F20200310ANTARA02_1583995013.jpg
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN

Presiden Joko Widodo (tengah) dan Raja Belanda Willem-Alexander (kedua dari kiri) didampingi Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti melihat keris Pangeran Diponegoro, Kiai Naga Siluman, di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (10/3/2020).

Dikembalikannya satu dari sekian keris Pangeran Diponegoro setelah 190 tahun berada di Belanda semestinya ditangkap sebagai isyarat baik dari Pemerintah Belanda untuk memulangkan benda-benda bersejarah kepada rakyat Indonesia, terlepas dari kontroversi apakah keris itu benar-benar Kanjeng Kiai Naga Siluman (Naga Seluman) atau bukan.

”Ada sekitar 50.000 item benda bersejarah dari Indonesia yang ada di berbagai museum di Belanda,” ungkap Prof Sri Margana, sejarawan dari Universitas Gadjah Mada, kepada komunitas penggemar keris Yogyakarta, Komunitas Lar Gangsir, di kedai kopi Pas Pojok, Yogyakarta, Rabu (11/3/2020) petang.

Editor:
prasetyoeko
Bagikan