logo Kompas.id
›
Opini›Membuka Kotak Hitam...
Iklan

Membuka Kotak Hitam Afghanistan

Keberhasilan perundingan perdamaian dengan Taliban tergantung dari keberlanjutan pengaturan pembagian kekuasaan antara pemerintah Kabul dan Taliban. Apakah perjanjian damai di Afghanistan akan bisa langgeng?

Oleh
Trias Kuncahyono
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/JDAywoV2ht4M4oOWoW-8ZFI-0-Q=/1024x1140/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F12%2Ftrias-kuncahyono-baru2012_1545311337.jpg
INDRO UNTUK KOMPAS

Trias Kuncahyono, wartawan Kompas 1988-2018

Apakah perjanjian damai di Afghanistan—andaikan benar-benar tercapai—antara AS dan Taliban akan bisa langgeng? Harapannya, demikian. Akan tetapi, tidak mudah untuk memberikan kepastian. Mengapa demikian?

Dalam sejarah perundingan dengan kelompok-kelompok pemberontak di Afghanistan, sulit untuk menemukan, bahkan satu periode sekalipun, adanya perdamaian berkelanjutan. Pada 1980-an, jauh sebelum kemunculan Taliban sebagai entitas tersendiri yang pada akhirnya menjadi kekuatan yang mematikan, Mujahidin secara teratur mengadakan perundingan damai dengan Pemerintah Afghanistan yang didukung Uni Soviet, di bawah Kebijakan Rekonsiliasi Nasional (NRP) dari pemerintah Najibullah, yang dimulai pada tahun 1986 (Shubhangi Pandey: 2019).

Editor:
prasetyoeko
Bagikan