logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊParadoks Media Sosial
Iklan

Paradoks Media Sosial

Jika kita sepakat dengan Baudrillard bahwa medsos itu cenderung sebagai representasi realitas yang imajinatif, tidak seyogianya memaknai isi medsos secara serius.

Oleh
Redi Panuju
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/pHZMeEVABfEIrS6hcG8yRz3bREw=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F05%2F20190526_ENGLISH-TAJUK_C_web_1558875662.jpg
KOMPAS/HERU SRI KUMORO

Mural kampanye antihoaks di bawah jembatan layang Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (11/3/2019).

Kehadiran media sosial (medsos) ibarat keranjang sampah. Keberadaannya dibutuhkan untuk menampung benda-benda apkir yang bikin sumpek. Di sana semua benda bekas itu menumpuk tanpa sekat dan berinteraksi, melipatgandakan limbah kehidupan.

Laki-perempuan, tua-muda, strata tinggi-rendah, rasional-emosional, semua berinteraksi tanpa sekat. Medsos menjadi media yang sangat bebas bagi setiap pengguna untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan peran artifisialnya.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan