logo Kompas.id
β€Ί
Opiniβ€ΊPerguruan Tinggi, Riset dan...
Iklan

Perguruan Tinggi, Riset dan Inovasi: Perlu "Sandbox" Industri

Upaya pengembangan paten dan prototipe inovasi di kampus-kampus, dan lembaga penelitian mulai berakumulasi. Namun yang berhasil tercatat sebagai flagship produk inovasi bangsa yang dapat menembus pasar global belum ada.

Oleh
Harun al-Rasyid Lubis
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/nvZl1nfL4D2UvSsljLH74sC5mEE=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2F20191209_141836_1575892218.jpg
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR

Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro (tengah, berbatik kelabu) berfoto bersama para penerima Anugerah Inovator 2019 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi di Jakarta, Senin (9/12/2019).

Kelembagaan riset dan pendidikan tinggi (PT) kembali ditata ulang. PT kembali ke habitat awal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan kini lahir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai simpul sekaligus upaya pemadu dan pemandu kegiatan riset dan inovasi nasional yang dirangkap dalam Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

Setiap perubahan tata kelola riset, ada harapan baru agar output sekaligus outcome dari kegiatan riset bisa mengungkit produktivitas nasional lewat pemanfaatan temuan dan produk riset dalam industri dan perdagangan di Tanah air. Logika sederhana dan harapan kita mestinya ada target satu atau dua produk lokal yang bisa terserap di pasar dunia β€” berupa flagship (andalan)β€” dari hasil pemaduan kegiatan riset dan inovasi ke depan.

Editor:
yohaneskrisnawan
Bagikan