logo Kompas.id
OpiniMenduga Nasib Uber
Iklan

Menduga Nasib Uber

Aksi korporasi Uber sangat menentukan nasib usaha rintisan lain. Mereka melihat langkah itu karena usaha rintisan lain menghadapi masalah sama, yakni belum bisa meraih profit karena terjepit dengan strategi ”bakar uang”.

Oleh
Andreas Maryoto
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/67D7LkYEcyV8_nAjFP30Y4kO7dM=/1024x1000/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F11%2F20190111IAM-Andreas-Maryoto_1547209674-e1564618904295-2.jpg
KOMPAS/ILHAM KHOIRI

Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas

Sejak melantai di bursa New York Stock Exchange, Mei lalu, kinerja Uber tak segera membaik. Laporan keuangan triwulan ketiga perusahaan transportasi daring ini tak juga memberi kabar baik. Malah sahamnya kembali turun sekitar 4 persen.

Uber yang mendapat pendanaan dari SoftBank, sebuah perusahaan ventura dari Jepang, juga digosipkan terimbas oleh kegagalan WeWork, perusahaan yang juga didanai SoftBank, melantai di bursa. Publik kini bertanya tentang masa depan Uber yang merupakan perusahaan transportasi daring terbesar di dunia.

Editor:
prasetyoeko
Bagikan