Nasionalis Religius
Jagat politik sarat dengan permainan bahasa. Para politikus, sadar atau tidak, membuai warga dengan memilih kata-kata yang punya fitur makna positif, luhur, mulia untuk dijadikan slogan atau nama partai politik.
Dalam permainan itu, sebagian di antara mereka melenggang aman-aman saja. Sebagian yang lain terjerat oleh paradoks ini: kata-kata atau frasa yang dari aspek makna verbatimnya tak bermasalah, akur dan kompatibel, tetapi sesungguhnya, begitu ditilik dari perspektif sejarah perkembangan demokrasi, kata-kata atau frasa itu kontradiktif.
Nasionalis religius adalah sebuah contoh kasus. Frasa adjektiva itu, dengan berbagai variannya seperti religius nasionalis, nasional religius, memukau para politikus di sejumlah negara. Mereka menggunakan adjektiva ganda itu sebagai nama partai politik.