logo Kompas.id
Olahraga”Gila Bola” di Balik Fanatisme...
Iklan

”Gila Bola” di Balik Fanatisme Maluku ke ”Oranje”

Hubungan Maluku-Belanda memang rumit sehingga perlu hati-hati dalam membacanya agar tidak menimbulkan salah paham.

Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
· 1 menit baca
Bendera Belanda raksasa dikibarkan di jalanan Batu Meja, Ambon, Maluku, seusai laga Belanda melawan Polandia pada babak penyisihan Grup D Piala Eropa 2024, Minggu (16/6/2024).
KOMPAS/RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE

Bendera Belanda raksasa dikibarkan di jalanan Batu Meja, Ambon, Maluku, seusai laga Belanda melawan Polandia pada babak penyisihan Grup D Piala Eropa 2024, Minggu (16/6/2024).

Kecintaan warga Maluku, utamanya Ambon ke tim ”De Oranje”, tidak pernah surut. Perhelatan Piala Eropa 2024 sudah usai. Belanda pun terjungkal di semifinal. Namun, puluhan bendera merah-putih-biru masih terpasang kokoh di atap warga di kawasan Batu Meja, Ambon, Maluku. Setidaknya, hingga pekan ketiga Juli setelah Piala Eropa berakhir.

Pawai ratusan motor juga jadi suguhan seusai tim nasional (timnas) Belanda bermain. Tidak penting Belanda menang atau kalah, warga Maluku konvoi. Di sosial media, pelbagai ekspresi cinta ini kerap menuai sentimen negatif, mulai dari komentar ”lupa penjajahan” hingga ”cinta kumpeni”. Akar fanatisme Maluku Belanda perlu dilihat secara adil karena melibatkan sejarah penjajahan serta pergerakan, penuh cinta dan benci.

Editor:
WISNU AJI DEWABRATA
Bagikan