logo Kompas.id
OlahragaBelajar dari Seni ”Kintsugi”...
Iklan

Belajar dari Seni ”Kintsugi” ala Jepang

Jepang memberikan pelajaran penting. Meskipun tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia U-17, hal itu tidak dianggap kegagalan. Sebaliknya, pengalaman di level U-17 jadi bekal meningkatkan kualitas menuju level senior.

Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
· 1 menit baca
Pemain Jepang, Alen Inoue (kiri), berebut bola dengan pemain Spanyol, Andres Cuenca, pada laga 16 Besar Piala Dunia U-17 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (20/11/2023). Spanyol menang 2-1.
ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA

Pemain Jepang, Alen Inoue (kiri), berebut bola dengan pemain Spanyol, Andres Cuenca, pada laga 16 Besar Piala Dunia U-17 di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, Senin (20/11/2023). Spanyol menang 2-1.

Jepang enggan terlalu meratapi kegagalan mereka melaju ke babak perempat final Piala Dunia U-17 2023. Tersingkirnya mereka di babak 16 besar pada empat partisipasi terakhir justru memotivasi para pemain untuk melestarikan budaya seni kuno mereka, kintsugi.

Dari kintsugi, pemain-pemain ”Samurai Biru Muda” menyadari mereka masih punya waktu untuk membenahi diri. Kintsugi adalah budaya kesenian Jepang untuk membuat ulang benda-benda berbahan dasar keramik atau tanah liat yang sebelumnya sudah mengalami kerusakan, misalnya piring, mangkuk, dan vas.

Editor:
Bagikan