logo Kompas.id
OlahragaKontrasnya Olahraga...
Iklan

Kontrasnya Olahraga ”Tradisional” dan E-sport di Asian Games

Saat e-sport semakin berkembang dimotori kaum muda, sejumlah pemain dan audiens cabang olahraga tradisional kian menua.

Oleh
PRASETYO EKO PRIHANANTO
· 1 menit baca
Seorang penggemar menunjukkan <i>merchandise</i> dari megabintang e-sport asal Korea Selatan, Lee Sang-hyeok, atau yang dikenal sebagai Faker, saat final League of Legends Asian Games 2022 pada 29 September 2023. Anak muda menjadi motor e-sport kian populer.
AFP/ADEK BERRY

Seorang penggemar menunjukkan merchandise dari megabintang e-sport asal Korea Selatan, Lee Sang-hyeok, atau yang dikenal sebagai Faker, saat final League of Legends Asian Games 2022 pada 29 September 2023. Anak muda menjadi motor e-sport kian populer.

Jika Anda mencari jenis e-sport lain untuk diikuti di Asian Games, cobalah permainan kartu bridge yang sudah berusia berabad-abad. Hanya saja, ”e” dalam hal ini adalah singkatan dari ”elderly (lansia)”, yang mewakili kian menuanya demografi orang yang memainkan olahraga tersebut, bukan ”elektronik” seperti dalam kata e-sport yang kita kenal selama ini, yang dipelopori oleh kaum muda dan menjadi salah satu cabang paling populer di Asian Games Hangzhou 2022.

Tak hanya kian populer dengan kaum muda, gim-gim dalam e-sport adalah industri besar yang bernilai triliunan rupiah per tahun, termasuk di Indonesia. Juga memunculkan ikon-ikon global bagi kaum muda, seperti megabintang League of Legends asal Korea Selatan, Faker, atau yang punya nama asli Lee Sang-hyeok.

Editor:
YULVIANUS HARJONO
Bagikan