logo Kompas.id
OlahragaPSMS Medan, Kepak ”Ayam...
Iklan

PSMS Medan, Kepak ”Ayam Kinantan” Mendekap Keberagaman

Semangat kebersamaan di tengah masyarakat multietnis menjadi dasar terbentuknya PSMS pada 1950. Sekarang, semangat kebersamaan itu coba dibangkitkan lagi untuk membawa PSMS kembali ke jajaran elite sepak bola Indonesia.

Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
· 1 menit baca
Mantan gelandang PSMS Medan dalam final Perserikatan 1985, Amrustian, memberikan masukan cara menendang penalti kepada para pemain Medan FC saat menghadapi Klumpang Putra dalam 16 besar Piala Saktiawan Sinaga di Lapangan Kanal, Kelapa Kuning, Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (16/7/2023). Sejak kompetisi internal PSMS yang melibatkan 40 klub anggota dalam empat divisi berhenti sejak 2007,  tidak ada lagi wadah pembinaan berkesinambungan untuk para pemain setelah melewati usia yunior.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Mantan gelandang PSMS Medan dalam final Perserikatan 1985, Amrustian, memberikan masukan cara menendang penalti kepada para pemain Medan FC saat menghadapi Klumpang Putra dalam 16 besar Piala Saktiawan Sinaga di Lapangan Kanal, Kelapa Kuning, Kota Medan, Sumatera Utara, Minggu (16/7/2023). Sejak kompetisi internal PSMS yang melibatkan 40 klub anggota dalam empat divisi berhenti sejak 2007, tidak ada lagi wadah pembinaan berkesinambungan untuk para pemain setelah melewati usia yunior.

Sebagai klub Perserikatan yang lahir di zaman kemerdekaan, semangat kebersamaan di tengah masyarakat multi etnis menjadi dasar terbentuknya Persatuan Sepak Bola Medan Sekitarnya atau PSMS. Klub berjuluk ”Ayam Kinantan” itu pun mendapatkan cinta yang paripurna dari segenap lapisan masyarakat yang menjadi modal untuk mencapai kejayaan, terutama di era 1960-1980-an.

Di belakang kompleks Madani Hotel Medan, Kecamatan Medan Kota, yang berada di seberang Masjid Raya Al-Mashun yang ikonik, ada tiga nama jalan yang menggambarkan betapa besarnya peran kawasan itu dalam sejarah sepak bola di Medan. Ketiganya adalah Jalan Medan Putra, Jalan Ramlan Yatim, dan Jalan Ramli Yatim.

Editor:
EMILIUS CAESAR ALEXEY
Bagikan