logo Kompas.id
β€Ί
Olahragaβ€ΊSelancar Bukan Olahraga Anak...
Iklan

Selancar Bukan Olahraga Anak Pantai Pemalas

Olahraga selancar sempat dianggap budaya orang malas. Namun, stereotip itu terbantahkan selama Championship Tour WSL 2022 di Banyuwangi, Jawa Timur. Selancar adalah olahraga yang menuntut dedikasi tinggi dan kerja keras.

Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
Β· 1 menit baca
Peselancar Indonesia Rio Waida diwawancarai TVRI Sport disela-sela penundaan Seri ke-6 Championship Tour Liga Selancar Dunia (WSL) di Pantai Plengkung (G-Land), Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (30/5/2022). Panitia memutuskan kembali menunda hingga dua hari lanjutan Seri Keenam Championship Tour WSL karena kondisi alam berupa arah angin yang tak kunjung bersahabat sehingga ombak yang muncul tidak ideal untuk perlombaan.
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Peselancar Indonesia Rio Waida diwawancarai TVRI Sport disela-sela penundaan Seri ke-6 Championship Tour Liga Selancar Dunia (WSL) di Pantai Plengkung (G-Land), Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (30/5/2022). Panitia memutuskan kembali menunda hingga dua hari lanjutan Seri Keenam Championship Tour WSL karena kondisi alam berupa arah angin yang tak kunjung bersahabat sehingga ombak yang muncul tidak ideal untuk perlombaan.

Pada awal kemunculannya di Amerika Serikat awal abad ke-20, olahraga selancar ombak modern dianggap sebagai budaya orang malas. Namun, stereotip itu terbantahkan kalau melihat langsung etos para peselancar peserta Seri Keenam Championship Tour Liga Selancar Dunia atau WSL 2022 di Pantai Plengkung atau G-Land, Banyuwangi, Jawa Timur dari Sabtu (28/5/2022) sampai Senin (30/5).

Para peselancar adalah anak-anak pantai yang berdedikasi tinggi. Mereka merupakan pekerja keras yang berlatih tekun di darat maupun laut, mengumpulkan uang untuk ikut tur kompetisi, hingga memburu ombak terbaik di tempat-tempat yang belum terjamah sekalipun. Orang pemalas tidak mungkin bisa menjalani ritme kehidupan seperti itu.

Editor:
WISNU AJI DEWABRATA
Bagikan