logo Kompas.id
โ€บ
Olahragaโ€บNasib Pelatih Masih di Bawah...
Iklan

Nasib Pelatih Masih di Bawah Bayang-Bayang Atlet

Pelatih dinilai belum mendapat apresiasi sepantasnya terhadap apa yang telah mereka lakukan. Padahal, kesuksesan atlet tidak bisa dilepaskan dari pelatih di balik layar.

Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH, KELVIN HIANUSA
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/FnmxB0k97HpydOZCUvEoFxuxAHE=/1024x684/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F09%2Ff5e0670c-7153-4de1-9e82-929694be1d2b_jpg.jpg
KOMPAS/Adrian Fajriansyah

Pelari gawang putri andalan Indonesia Emilia Nova (kanan) berlatih beban didampingi pelatih  Fitri "Ongky" Haryadi di Stadion Madya Senayan, Jakarta, 17 September 2019. Jaminan masa depan, termasuk pensiun dan asuransi kesehatan, dibutuhkan pelatih untuk masa depan mereka.

Saat atlet meraih prestasi, peran pelatih seolah terlupakan. Terbukti, bonus ataupun apresiasi untuk pelatih selalu di bawah bayang-bayang atlet. Padahal, pelatih dan atlet adalah dua sisi mata uang yang tidak bias dipisahkan. Tanpa pelatih, atlet belum tentu bisa mencapai puncak prestasi. Maka itu, pelatih berharap mereka bisa mendapatkan apresiasi seperti yang didapat atlet, terutama jaminan penghasilan untuk masa tua atau pensiun.

Fitri โ€Ongkyโ€ Haryadi tidak cukup beruntung saat menjadi atlet sebelum memutuskan menjadi pelatih pada 2014, saat dirinya berusia berusia 30 tahun. Pria kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1984 ini sempat menjadi atlet loncat galah DKI Jakarta tetapi prestasinya mentok meraih perunggu di PON Kalimantan Timur 2008 dan Riau 2012.

Editor:
Johan Waskita
Bagikan