logo Kompas.id
β€Ί
Olahragaβ€ΊNasib Prihatin Pelatih Sepak...
Iklan

Nasib Prihatin Pelatih Sepak Bola di Akar Rumput

Pandemi Covid-19 turut memengaruhi para pelatih sepak bola usia dini, yang selama ini memang kerap terabaikan. Mereka kehilangan penghasilan karena tidak bisa melatih.

Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/nrBuiJxmaYeR441_byglV5FT8I4=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F10%2FIMG-20201022-WA0007_1603353668.jpg
KOMPAS/DHANANG DAVID ARITONANG

Pemain SSB Buperta Cibubur berlatih di Lapangan Buperta Cibubur, Jawa Barat, 15 September 2020. Para pelatih sekolah sepak bola kehilangan penghasilan di masa pandemi Covid-19 karena tidak bisa melatih.

M Yunus (59), Direktur Teknik Blue Soccer School, sekolah sepak bola (SSB) berbasis di Jagakarsa, Jakarta Selatan, harus hijrah ke Ciamis, Jawa Barat, sejak Jumat (10/9/2021). Untuk sementara, Yunus harus meninggalkan istri dan dua anaknya di rumah kontrakannya di kawasan Ragunan, Jaksel, demi bisa membuat dapurnya tetap ngebul.

Selama di Ciamis, Yunus memenuhi undangan rekannya untuk memberikan coaching clinic (klinik pelatihan) untuk SSB di wilayah itu. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Yunus karena sejak pandemi Covid-19 menyerang Indonesia, Maret 2020, ia tidak bisa lagi melatih anak-anak yang memiliki mimpi untuk menjadi pesepak bola profesional.

Editor:
Johan Waskita
Bagikan