Kompleksitas Masalah Kesejahteraan Pesepak Bola Indonesia
Meskipun dikontrak dengan gaji tinggi, para pesepak bola Indonesia cemas menghadapi masa depan, terutama saat cedera. Hanya 20 persen dari 42 klub di Liga 1 dan Liga 2 yang memberikan asuransi kesehatan dan kecelakaan.
JAKARTA, KOMPAS - Di balik ingar-bingar kehidupan mewah para pesepak bola nasional, sejatinya mereka masih dibayangi masalah kesejahteraan ketika gantung sepatu. Profesionalisme klub yang belum ideal dalam memenuhi hak pemain, kesadaran pemain yang buruk dalam memahami pengelolaan finansial, hingga minimnya perhatian pemerintah, menjadi โlabirinโ yang mengancam seniman lapangan hijau mengalami masalah keuangan di hari tua.
Meskipun memberikan pemain nilai kontrak ratusan juta hingga miliaran rupiah per musim, mayoritas klub di kompetisi profesional Indonesia, yaitu Liga 1 dan 2, belum memberikan hak pemain sesuai dengan aturan ketenagakerjaan yang berlaku. Hal itu utamanya berkaitan dengan asuransi atau jaminan kesehatan. Padahal, pesepak bola adalah profesi yang amat rentan mengalami cedera yang bisa membuat atlet tersebut absen dalam waktu lama.