logo Kompas.id
β€Ί
Olahragaβ€ΊDisparitas Pembinaan Picu...
Iklan

Disparitas Pembinaan Picu Mutasi Atlet-atlet

Mutasi atau perpindahan atlet dari satu daerah ke daerah lain masih marak terjadi menjelang PON Papua. Fenomena yang berulang setiap menyambut PON itu tidaklah sehat dalam upaya kaderisasi atlet yang sistemik di daerah.

Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/3uBVY-32sNT0Sl0UfA9E7SYE0U0=/1024x685/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2Ffb872c64-4c8c-4b1a-8892-378da85ce4da_jpg.jpg
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN

Atlet dayung asal Jambi, Riska Andriyani, berlatih di kawasan Danau Sipin, Kota Jambi, Jumat (6/8/2021). Ia tengah menjalani pemusatan latihan menjelang PON di Papua, Oktober 2021.

JAKARTA, KOMPAS β€” Menjelang Pekan Olahraga Nasional XX di Papua pada 2-15 Oktober, mutasi atau perpindahan atlet dari satu daerah ke daerah lainnya masih marak terjadi. Fenomena klise itu dipicu disparitas atau timpangnya pembinaan dan dukungan kesejahteraan untuk atlet di daerah-daerah.

Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto, saat dihubungi, Minggu (22/8/2021), mengatakan, ada sekitar 20 persen atau 1.300 atlet yang berpindah daerah atau provinsi pada PON 2020 dari PON edisi sebelumnya. Data itu hampir sama dengan jumlah atlet yang berpindah daerah dari PON Riau 2012 ke PON Jawa Barat 2016.

Editor:
Yulvianus Harjono
Bagikan