logo Kompas.id
β€Ί
Olahragaβ€ΊSemua Jalan Menuju ke Roma
Iklan

Semua Jalan Menuju ke Roma

Takdir seolah-olah mempermainkan Inggris di final Piala Eropa 2020. Asa kejayaan seketika berganti menjadi tragedi yang tidak lagi asing. Bagaimanapun, pengalaman pahit itu bisa menjadi guru kehidupan.

Oleh
Trias Kuncahyono, Penikmat Sepak Bola
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Lmkclm2c8rvaVai9p4iMqukzqYM=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2Fefb087f5-f7dc-4f90-9145-ed35e0e36ede_jpeg.jpg
AP/Lapresse/Roberto Monaldo

Pelatih Italia Roberto Mancini (berjas) memegang trofi Piala Eropa bersama kapten tim nasional Italia, Giorgio Chiellini, saat pawai di jalanan Kota Roma, Italia, untuk merayakan keberhasilan mereka menjuarai turnamen itu, Selasa (13/7/2021) dini hari WIB.

Benar apa yang dikatakan Karl Marx, sejarah selalu mengulang dirinya sendiri, baik itu sebagai tragedi maupun lelucon. Kekalahan Inggris dari Italia pada adu penalti, Senin (12/7/2021) dini hari WIB adalah pengulangan tragedi bersejarah di Stadion Wembley, London, Inggris.

Di Wembley, 55 tahun silam, Inggris memenangi Piala Dunia 1966 dengan mengalahkan Jerman. Sejak saat itu, Inggris berusaha keras untuk mengulangi sejarah gemilang di Wembley. Kesempatan itu terjadi pada final Piala Eropa 2020. Namun, seperti kata Marx, sejarah itu berulang sebagai tragedi. Inggris lagi-lagi kalah lewat adu penalti. Hal itu mengulangi semifinal Piala Eropa 1996 di Wembley. Saat itu, Inggris kalah dalam adu penalti melawan Jerman.

Editor:
Yulvianus Harjono
Bagikan