logo Kompas.id
OlahragaSeni ”Perang” di Tour de...
Iklan

Seni ”Perang” di Tour de France

Kemenangan Caleb Ewan pada etape ketiga Tour de France bak karya seni nan indah yang lahir dari ribuan kilometer mengayuh pedal sepeda. Seni ”perang” pebalap asal Australia itu merontokkan mimpi lawan-lawannya.

Oleh
AGUNG SETYAHADI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/qYLAnonqvuZaXlw6rgdWXA8wjdE=/1024x744/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F08%2FCYCLING-FRANCE_91574077_1598946569.jpg
REUTERS/BENOIT TESSIER TPX IMAGES OF THE DAY

Ekspresi kegembiraan Caleb Ewan, pebalap Lotto-Soudal, saat memenangi etape keiga balap sepeda Tour de France, Senin (31/8/2020) waktu setempat.

SISTERON, SENIN — Caleb Ewan menghilang dalam peloton begitu memasuki satu kilometer terakhir menjelang finis etape ketiga  Tour de France. Dia mengambil risiko dengan turun ke belakang untuk sedikit mengistirahatkan kakinya yang mulai merasakan efek headwind yang kencang. Ini strategi berisiko karena dengan akan sulit melakukan serangan terakhir dari posisi belakang rombongan besar pebalap. Namun, pebalap tim Lotto-Soudal itu mampu menciptakan finis yang dramatis pada etape sepanjang 198 kilometer Nice-Sisteron itu.

Ewan tahu persis risiko dari pilihan strateginya itu. Namun, itu pilihan paling rasional dengan peluang terbesar untuk meraih kemenangan. Memaksa terus di depan akan menguras tenaga karena melawan embusan angin dari depan. Ini seperti filosofi perang Sun Tzu dalam magnum opus ”The Art of War”. ”Jika kamu mengetahui musuhmu dan mengenal dirimu sendiri, kamu tidak perlu takut pada hasil dari ratusan pertempuran,” bunyi filosofi itu.

Editor:
Yulvianus Harjono
Bagikan