logo Kompas.id
OlahragaParadoks Realitas ”El Clasico”
Iklan

Paradoks Realitas ”El Clasico”

Real Madrid lahir di pusat kerajaan Spanyol, sedangkan Barcelona dari puing-puing Catalunya. Kenyataan itu jadi paradoks pada salah satu rivalitas terbesar di sepak bola, ”el clasico” edisi ke-244, di Santiago Bernabeu.

Oleh
KELVIN HIANUSA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/wRCayT4sHPIi9srBaYB0DfH3p08=/1024x683/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F02%2Fclasico03_1582995478.jpg
AFP/JAVIER SORIANO

Pemain depan Real Madrid, Mariano Diaz (tengah), mengontrol bola pada sesi latihan di Valdebebas, luar kota Madrid, Sabtu (29/2/2020). Real Madrid akan menjamu Barcelona pada el clasico edisi ke-244 di Stadion Santiago Bernabeu, Madrid, Senin (2/3/2020) dini hari WIB.

MADRID, SABTU — Bagi orang Catalan, Barcelona sudah seperti gereja. Klub yang bermarkas di pesisir laut ini menjadi tempat warga Catalunya mengekspresikan kebebasan dan kebanggaan yang mereka nilai direnggut pemerintahan Spanyol.

”Barca adalah gereja kami. Klub mewakili kultur Catalan. Di sini adalah cara terbaik kami menggambarkan bagaimana Catalunya sebenarnya kepada dunia luas,” kata Joan Laporta, Presiden Barca, pada 2003-2010 dalam buku El Clasico: Football’s Greatest Rivalry.

Editor:
Johan Waskita
Bagikan