Berkah Bendungan di NTT, Sumber Air ”Su” Dekat...
Bendungan hadir menyediakan air bersih untuk kebutuhan warga dan mendukung produktivitas sektor pertanian di NTT.
Kurang dari tiga puluh detik, jeriken berukuran lima liter sudah terisi penuh dengan air yang mengucur deras dari bak. Marince Adonis (50) menenteng jeriken itu ke rumahnya yang berjarak hanya belasan langkah kaki.
”Air su (sudah) dekat. Air ini sangat membantu kami,” kata ibu rumah tangga itu di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (21/9/2024) siang. Air bersih digunakan untuk minum, masak, cuci pakaian, siram tanaman, dan memberi minum ternak sapi dan babi. ”Air tidak begitu melimpah, tetapi sudah lebih dari cukup,” ujarnya lagi.
Pelayanan air bersih dinikmati Marince dan masyarakat Desa Raknamo sejak tahun 2018. Sebanyak 12 bak penyalur dibangun di tengah permukiman penduduk. Satu bak dipakai belasan keluarga.
Air bersumber dari Bendungan Raknamo yang memiliki daya tampung maksimal 14,09 juta kubik. Ketika kemarau menerpa, seperti sekarang, kapasitas air menyusut menjadi 8,9 juta kubik. Air Bendungan Raknamo hanya satu sumber, yakni hujan.
Dari bendungan dibangun dua pintu saluran, masing-masing untuk pengairan lahan pertanian dan air bersih seperti yang dinikmati warga Desa Raknamo. Begitulah tujuan hadirnya bendungan yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 2018 itu.
Air tidak begitu melimpah, tetapi sudah lebih dari cukup.
Marince pun menuturkan masa ketika warga sulit mengakses air bersih. Dulu, pagi-pagi buta ia sudah berjalan kaki ke sumur sekitar 2 kilometer. Di sana ia mengambil air dari kedalaman lebih dari 20 meter, diisinya ke dalam empat jeriken lalu dipikul ke rumah.
Untuk urusan mandi dan cuci, mereka bereskan di sumur yang digunakan juga oleh puluhan warga lainnya. ”Itu rutinitas pagi dan sore. Sering kali kami rebutan air di sumur,” sambung Marten Bira (61), warga lainnya.
Mereka berharap agar pelayanan air bersih berlangsung rutin setiap hari. Saat ini, distribusi air kadang tidak lancar sehingga mereka terpaksa membeli air dari mobil tangki seharga Rp 120.000 untuk ukuran 5.000 liter. Karena mahal, dua keluarga urunan membeli satu tangki.
Francisco Soares Amaral, petugas pengatur air, mengakuinya. Gangguan distribusi biasa terjadi ketika hujan sebab mesin pompa air digerakkan listrik yang bersumber dari tenaga matahari. Butuh mesin cadangan yang menggunakan bahan bakar minyak. Di sini, pemerintah daerah perlu ambil tanggung jawab.
Baca juga: Air Bersih Seharga Emas di Kerontang Kupang
Lahan pertanian
Masih pada hari yang sama, dijumpai pula Foris Sajuna (60) yang sedang memantau tanaman kacang hijau seluas 20 are di areal pertanian Keludoki, Desa Manusak, Kecamatan Kupang Timur. Lahan pertanian itu menggunakan air yang juga bersumber dari Bendungan Raknamo.
Sekitar 10 hari lagi, kacang hijau sudah boleh dipanen. Ini menggenapi dua komoditas yang bergantian ditanam di areal yang sama dalam tahun ini. Sebelumnya, Foris menanam padi di situ pada Februari 2024, lalu dipanen pada Mei. Umur panen padi tiga bulan, sedangkan kacang hijau dua bulan.
Diakuinya, berbagai kendala, seperti pupuk hingga hama, membuat hasil produksi tidak maksimal. Padi yang dipanen masih di bawah 3 ton gabah kering giling. ”Produktivitas akan kami tingkatkan. Untuk air, sudah cukup membantu,” katanya.
Sebelumnya, lahan pertanian Keludoki mengandalkan hujan dengan musim tanam hanya bisa sekali dalam setahun. Itu pun sering kali gagal panen lantaran curah hujan tidak menentu. Sejak hadirnya Bendungan Raknamo, lahan pertanian terus dibuka.
Dari target 1.300 hektar, kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan NTT Joaz Umbu Wanda, yang tergarap hampir mendekati separuhnya. Yang masih menjadi pekerjaan rumah saat ini adalah jaringan irigasi sekunder hingga tersier yang belum semuanya terbangun.
Kendati demikian, pemerintah daerah dan masyarakat NTT sangat bersyukur dengan kehadiran bendungan tersebut yang telah memberikan banyak manfaat. ”Pemerintah pusat sangat memahami kebutuhan masyarakat di NTT,” katanya.
Ia pun berjanji, berbagai kendala dalam pemanfaatan air akan dicarikan solusinya secara bersama oleh pemerintah daerah yang akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Para petani diminta bijak menggunakan air. Juga peran petugas pembagi air akan dikuatkan.
Dampak pembangunan
Selama 10 tahun terakhir, total enam bendungan dibangun di NTT. Empat di antaranya sudah diresmikan, yakni Raknamo, Napun Gete di Sikka, Rotiklot di Belu, dan Temef di Timor Tengah Selatan. Bendungan yang menanti diresmikan adalah Temef di Timor Tengah Selatan dan yang sedang dalam pembangunan adalah Manikin di Kabupaten Kupang dan Mbay Lambo di Nagekeo.
Kendati proyek bendungan hadir dengan tujuan membantu masyarakat, perencanaan dan mitigasi sosial yang kurang tepat sering kali menimbulkan perlawanan warga. Di Bendungan Mbay Lambo, misalnya, kehadiran bendungan dianggap merampas lahan yang menjadi sumber penghidupan masyarakat.
”Kami tidak tolak bendungan, tetapi yang kami tolak adalah lokasinya. Kami sempat minta untuk digeser, tetapi pemerintah tidak mau. Kami tidak bisa berbuat apa-apa menatap masa depan yang suram ini,” kata Hermina Mawa (50), tokoh perempuan dari Desa Rendubutowe, Kecamatan Aesesa Selatan.
Kunci kemakmuran di NTT adalah air. Tanpa air, jangan membayangkan provinsi kita, NTT, ini akan makmur dan sejahtera.
Frenky Wilkis, Kepala Satuan Kerja Bendungan Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II, mengatakan, pembangunan bendungan yang masif di NTT bermaksud menghadirkan sumber air untuk lahan pertanian dan kebutuhan air bersih. Pemerintah pusat tahu bahwa NTT butuh tambahan sumber air.
Menurut dia, proyek pembangunan termasuk penentuan lokasi bendungan selalu diawali dengan kajian. Prosesnya pun butuh waktu lama. Seperti Bendungan Mbay Lambo, kajian dimulai tahun 1999 dan baru dibangun sekitar 20 tahun kemudian. Penolakan yang terjadi adalah hal biasa dalam pembangunan proyek berskala besar.
Saat meresmikan Bendungan Temef, Rabu (2/10/2024), Presiden Jokowi mengatakan, keberadaan bendungan untuk menyuplai air yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia. Bendungan itu nantinya akan dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian, menyuplai air baku, dan mereduksi banjir. Secara khusus, Jokowi menyebutkan, betapa pentingnya kehadiran sumber air di NTT.
”Kunci kemakmuran di NTT adalah air. Tanpa air, jangan membayangkan provinsi kita, NTT, ini akan makmur dan sejahtera,” katanya.
Kini, bendungan sudah berdiri. Saatnya memanfaatkannya untuk kesejahteraan masyarakat lewat sektor pertanian dan kegiatan ekonomi produktif lainnya. Tidak berhenti pada apa yang diucapkan Marince Adonis bahwa sumber air su dekat....
Baca juga: Konflik Bendungan Mbay Lambo, Ketua Suku Pun Dicaci Maki