Sumbu Filosofi Yogyakarta Berkaca dari Subak Bali
Subak terawat karena dipeluk erat masyarakat. Sumbu Filosofi Yogyakarta ingin diperlakukan serupa oleh warganya.
![Petani berjalan menyunggi padi di Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa (28/5/2024).](https://cdn-assetd.kompas.id/7swSQCuKVOXBzy5vVAQ_e-Oe2TU=/1024x580/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F06%2F02%2F6158ee99-7686-4b87-9271-c5ebda15197d_jpg.jpg)
Petani berjalan menyunggi padi di Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa (28/5/2024).
Di Bali, subak adalah salah satu bagian penting bagi kehidupan warganya. Warisan budaya dunia itu terawat sekian lama karena menyatu dengan kehidupan masyarakat. Praktik pengelolaan itu coba ditiru Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga memiliki warisan budaya dunia Sumbu Filosofi Yogyakarta.
Saluran irigasi mengapit jalan setapak di Subak Pulagan, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, Selasa (28/5/2024). Air jernih mengalir deras pada saluran tersebut. Sepanjang mata memandang, sawah berundak terhampar luas. Di antara hamparan padi berdiri pula sebuah pura tua yang menjadi tempat sembahyang para petani.