Harapan Petani Rote Ndao Pupuk Subsidi Menjangkau Ujung Negeri
Pupuk bersubsidi sangat membantu petani seperti di Pulau Rote. Pupuk memegang peran besar dalam ketahanan pangan.
Kasmini (54) menjumput pupuk padat campuran, lalu menabur ke sekeliling tanaman kol bunga yang berumur 18 hari pada Sabtu (11/5/2024) petang. Tanaman hortikultura itu tumbuh subur, berdaun lebat, dan sudah bisa dipanen mulai 27 hari ke depan.
Inilah tahap akhir pemberian pupuk setelah dua tahap dilalui. Tahap pertama, pupuk kandang dari kotoran kambing terlebih dahulu ditabur ke bedeng yang disiapkan untuk penanaman. Satu minggu setelah anakan ditanam, giliran pupuk cair diguyur.
Selesai memberi pupuk, Kasmini menyapu pandangan sekeliling sambil membayangkan penghasilan kotor sekitar Rp 3 juta bakal ada di tangannya. Pedagang sayur akan datang membeli langsung di kebunnya itu, di Desa Modosinal, Kecamatan Rote Barat Laut, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
Melihat kondisi tanaman, Kasmini yakin pertumbuhannya akan mulus hingga panen. Bunga kol yang dihasilkan nanti pun bakal laku keras di pasaran mengingat belum terlalu banyak komoditas jenis itu yang beredar. Otomatis, harga jualnya relatif menjanjikan. Dua bunga Rp 10.000 sebelum jatuh hingga Rp 1.000 per bunga ketika puncak panen.
Lebih dari 20 tahun bercocok tanam hortikultura, ia punya kesimpulan bahwa hasil panen maksimal ditentukan oleh benih, kondisi tanah, air, dan pupuk. Tanah bisa diolah dengan berbagai cara, air bergantung pada hujan atau sumur yang bisa diusahakan, benih bisa diusahakan, sementara pupuk bergantung pada kebijakan pemerintah. ”Pupuk subsidi ini di luar kuasa kami petani,” ujarnya.
Sekitar 15 tahun terakhir, ia bersama suaminya, Marten Elimanafe (60), mulai menerima pupuk bersubsidi yang kini disalurkan PT Pupuk Indonesia (Persero), perusahaan di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara yang mendapat penugasan untuk pengadaan dan distribusi pupuk. Distribusi semakin lancar dirasakan dua tahun belakangan.
Digitalisasi distribusi
Pupuk digunakan untuk tanaman padi, dan selebihnya untuk hortikultura. Ketika stok pupuk habis, Marten datang ke kios pengecer yang berjarak 5 kilometer dari kebun mereka. Dengan menunjukan kartu tandu penduduk, aplikasi daring I-Pubers di kios pengecer langsung menampilkan informasi kuota atas nama dirinya. Aplikasi yang dikembangkan Pupuk Indonesia itu merupakan sistem digital dalam penyaluran pupuk.
Pada Sabtu petang itu, sisa kuota pupuk bersubsidi milik Marten tahun 2024 untuk jenis urea dan NPK Phonska masing-masing 165 kilogram. Untuk tahun 2025 akan diusulkan untuk mendapat alokasi sesuai dengan perkiraan kebutuhan selama satu tahun. Usulan kebutuhan melalui dinas pertanian setempat lalu diputuskan Kementerian Pertanian.
Menurut Marten, pupuk bersubsidi sangat membantu. Untuk jenis urea harganya Rp 112.500 per 50 kilogram dan jenis NPK Phonska Rp 115.000 per 50 kilogram. Sebagai perbandingan, harga komersial untuk urea Rp 350.000 per 50 kilogram dan NPK Phonska Rp 500.000 per 50 kilogram.
”Kalau tidak ada pupuk subsidi, pasti kami tidak akan kerja sayur-sayuran. Biayanya membengkak sehingga kami akan rugi. Hadirnya pupuk bersubsidi sangat menolong kami petani kecil, apalagi di pulau terluar ini,” katanya.
Berkat pupuk bersubsidi, Marten menambah beberapa jenis tanaman hortikultura, seperti tomat, cabai, bawang merah, dan melon. Tomat termasuk yang cukup menjanjikan ketika harga sedang tinggi. Dengan biaya yang dikeluarkan sekitar Rp 2 juta, ia bisa meraup penghasil hingga Rp 15 juta untuk satu kali musim tanam.
Kini ia berharap agar kuota pupuk bersubsidi bisa ditambah. Ia pernah mendapatkan kuota hingga pupuk urea hingga 400 kilogram dan NPK Phonska hingga 600 kilogram dalam setahun. Belakang kuota dikurangi setiap jenis menjadi di bawah 200 kilogram per tahun.
Dalam kunjungan ke Desa Tunganamo, Kecamatan Pantai Baru, Rote, NTT, Sabtu (11/5/2024), Direktur Utama Pupuk Indonesia Rahmad Pribadi singgah menyapa petani yang tengah bekerja di sawah. Daud Polin (62), yang sedang panen padi bersama petani lain, menyampaikan harapan terkait pupuk subsidi.
Arahan langsung
Rahmad langsung mengarahkan jajaran Pupuk Indonesia untuk terus mengevaluasi dan membenahi kendala distribusi pupuk bersubsidi di pulau paling selatan di Indonesia itu. Kendati banyak petani mengaku sudah mendapatkan manfaat, masih ada yang mengeluh.
Berdasarkan regulasi, Pupuk Indonesia yang berada di bawah Kementerian Badan Usaha Milik Negara itu ditugaskan untuk melakukan pengadaan dan mendistribusikan pupuk bersubsidi. Besaran kuota pupuk yang disalurkan itu berdasarkan hasil penetapan pemerintah melalui Kementerian Pertanian.
Menurut Rahmad, pihaknya memastikan proses pengiriman pupuk dilakukan tepat waktu ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk pulau terluar. Berbagai tantangan, seperti ketersediaan transportasi dan cuaca, berusaha diatasi.
Sistem digitalisasi pun diperkuat lewat aplikasi I-Pubers untuk kelancaran distribusi dari kios ke petani. Sistem itu sudah mulai diterapkan tahun ini.
Dalam kunjungan itu, Rahmad berdialog dengan para pemangku kepentingan yang terlibat dalam distribusi pupuk serta mendatangi tempat penyimpanan pupuk bersubsidi dan kios penjualan pupuk di beberapa tempat.
Untuk NTT, total terdapat 24 gudang penyimpanan pupuk, 11 distributor, 391 kios, dan 13 petugas lapangan.
Ia juga menyosialisasikan kebijakan pemerintah menaikkan kuota pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton tahun 2023 menjadi 9,5 juta ton tahun 2024. Kenaikan kuota itu diumumkan pada April 2024 lalu.
Daud berharap distribusi pupuk bersubsidi bisa lebih lancar sehingga petani lebih mudah mendapatkannya. Pupuk bersubsidi menjadi bagian terpenting dalam proses kerja petani, terutama yang menanam padi di sawah.
Namun, di sudut lain Rote, banyak petani mengeluh dengan sulitnya mengakses pupuk bersubsidi hingga distribusi yang terlambat. Daud Polin (62) petani padi di Desa Tunganamo, Kecamatan Pantai Baru, mengatakan, pupuk subsidi sering kali langka sehingga tanaman padi di kebunnya jarang menggunakan pupuk.
”Lihat saja hasilnya,” ujarnya sambil menunjukkan gabah hasil panen yang sebagian besar tanpa isi. Produktivitas per hektar tak sampai 2 ton gabah kering giling, atau jauh dari bawah rata-rata nasional yang mencapai 5,5 ton gabah kering giling.
Baca juga: Irigasi Tetes dan Tanaman Pangan Lokal, Cegah Gagal Panen di NTT
Menurut dia, minimnya pupuk menyebabkan banyak lahan pertanian di daerah itu mengalami gagal panen. Ketika waktunya tanaman diberi pupuk, pupuk tak kunjung datang. ”Bahkan, ada saat di mana pupuk datang setelah tanaman gagal panen. Jadi, pupuk itu dipakai untuk apa?” ujarnya.
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT Joaz Umbu Wanda mengatakan, kenaikan kuota pupuk bersubsidi tahun 2024 ini merupakan kabar baik bagi petani. Kini, regulasi turunan terkait alokasi untuk setiap provinsi hingga kabupaten dan kota sedang berproses.
”Kadang yang menjadi kendala itu adalah surat penetapan yang dikeluarkan baik di level kementerian hingga kabupaten dan kota itu tidak berjalan cepat. Saya sudah minta ke kabupaten dan kota untuk percepat proses terbitnya penetapan itu agar pupuk segera ke petani,” katanya.
Pupuk bersubsidi terbukti telah membantu banyak petani gurem, termasuk di ujung negeri, seperti Pulau Rote. Berbagai kendala dan tantangan dalam penetapan kuota hingga distribusi hendaknya dievaluasi agar pertanian Indonesia berjalan semakin cepat menuju kedaulatan pangan.
Baca juga: Rahmad Pribadi Kagum Petani di NTT