logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKasus "Vina Cirebon" dan Beban...
Iklan

Kasus "Vina Cirebon" dan Beban Berlapis Anak Pekerja Migran

Seperti Vina yang ibunya bekerja di Malaysia, anak-anak pekerja migran di NTB juga rentan menjadi korban kekerasan.

Oleh
ISMAIL ZAKARIA
Β· 1 menit baca
Mariam (50) bersama cucunya, Nadira (8), di Dusun Mungkik, Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (3/3/2021). Sejak masih balita, Nadira sudah ditinggal pergi orangtuanya menjadi pekerja migran dan tinggal bersama neneknya.
ISMAIL ZAKARIA

Mariam (50) bersama cucunya, Nadira (8), di Dusun Mungkik, Desa Pandan Wangi, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, Rabu (3/3/2021). Sejak masih balita, Nadira sudah ditinggal pergi orangtuanya menjadi pekerja migran dan tinggal bersama neneknya.

Kasus perkosaan dan pembunuhan Vina, pelajar asal Cirebon, Jawa Barat, pada 2016, kembali menyedot perhatian publik. Kemunculan film berjudul Vina: Sebelum 7 Hari, membuka kembali memori publik bahwa penanganan kasus ini belum tuntas karena tiga dari 11 pelaku masih buron. Kasus Vina, yang merupakan anak pekerja migran, juga mengingatkan kembali kondisi ribuan anak pekerja migran yang rentan.

Seperti halnya Vina, tidak sedikit anak di Nusa Tenggara Barat yang ditinggal orangtuanya untuk bekerja di luar negeri demi mengubah kehidupan ekonomi keluarga. Pilihan itu membuat anak-anak mereka harus kehilangan figur orangtua. Akibatnya, selain kekurangan perhatian dan kasih sayang, anak-anak pekerja migran juga memikul beban berlapis, termasuk menjadi korban kekerasan.

Editor:
CHRISTOPERUS WAHYU HARYO PRIYO
Bagikan