Jok Kulit Pesawat asal Garut, Karya Anak Negeri Bersaing di Tempat Tertinggi
Produk olahan kulit sapi asal Garut menjadi komponen jok pesawat Super Air Jet milik Lion Air Group.
Produk olahan kulit sapi asal Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencatat sejarah dalam dunia dirgantara Indonesia pada tahun 2023. Produk buatan PT Garut Makmur Perkasa ini menjadi komponen utama jok pesawat Super Air Jet milik PT Lion Air Group.
Aktivitas di pabrik Garut Makmur Perkasa (GMP) menggeliat sejak pukul 08.00, Kamis (28/3/2024). Sebanyak 74 karyawan mulai bekerja sesuai keahliannya di pabrik pengolahan kulit sapi di Jalan Sudirman, Kecamatan Garut Kota. Di pabrik seluas 6.700 meter persegi ini, ada tugas penting yang hendak mereka rampungkan.
Pagi itu, para pekerja menyiapkan komponen tambahan bahan kulit untuk jok pesawat untuk pihak Lion Air Group. Produk ini untuk menggantikan kulit sebelumnya yang telah dikirimkan ke pihak Lion apabila ditemukan ketidaksesuaian kualitas. Hal itu seperti warna yang tidak merata dan adanya goresan pada kulit.
Salah satu pekerja yang antusias adalah Amiruddin (30). Dia menggenggam dua lembar kulit sapi yang telah melewati proses pewarnaan dan penggunaan minyak khusus serta bahan kimia. Kulit berwarna hitam ini baru dikeluarkan dari alat yang disebut setting out.
Alat tersebut fungsinya seperti setrika. Kegunaannya mengeringkan kulit. Proses tersebut untuk mengurangi kadar air hingga 50 persen dan mengembalikan luasan kulit dengan maksimal.
Setiap lembar kulit melewati proses setting out selama 40 detik. Ukurannya 20-22 square feet atau kaki persegi. Satu square feet setara 30,48 x 30,48 sentimeter persegi.
Setelah mengumpulkan kulit yang sudah diproses setting out, Amiruddin berjalan sejauh lima meter dan menyerahkan kulit tersebut ke tangan rekan kerjanya, Asep Hermawan. Pria berusia 40 tahun ini pun lantas menggantung kedua lembar kulit ini di deretan tiang besi berwarna biru. Tujuannya membuat proses pengeringan menjadi lebih maksimal.
Proses ini berlangsung hingga sekitar 50 lembar kulit yang tergantung di tiang tersebut. Tampak keringat mengucur deras di wajah Amiruddin dan Asep. Lelah bercampur dengan suhu udara lembab di area pabrik.
Setelah itu, mesin yang disebut hanging dry akan mengangkat tiang-tiang tersebut setinggi 8 meter. Setiap tiang yang digantungkan lembaran kulit melewati sebuah terowongan dengan pemanas yang mencapai 50 derajat celsius. Proses kulit di hanging dry memakan waktu 6 hingga 8 jam. Tahapan ini berfungsi menurunkan kadar air di kulit 12 hingga 8 persen.
Setelah melewati tahapan hanging dry, proses pengolahan jok Lion Air masih melewati 18 tahapan lagi. Tahapan yang terakhir adalah menggunting kulit sesuai pola yang diminta pihak Lion.
Bagi Amiruddin, pembuatan jok untuk pesawat Lion adalah pengalaman pertama baginya. Selama ini ia hanya terlibat pembuatan kulit sepatu, peralatan mobil, hingga tas.
”Saya sangat bangga bisa menjadi bagian yang membuat produk jok untuk Lion Air,” kata Amiruddin yang telah bekerja selama tujuh tahun di GMP.
Baca juga: Gaya Trendi Kulit Garut
Sekitar 50 meter dari lokasi mesin hanging dry, tampak Ramdani (42) melaksanakan tahapan terakhir, yaitu cutting atau pemotongan. Tahapan ini menggunting kulit sesuai pola untuk jok kursi pesawat Lion Group di sebuah tempat.
Sebanyak 28 pola harus dikerjakan ayah dua anak ini. Dalam keheningan, Ramdani menggunting setiap kulit sesuai pola dengan presisi. Untuk jok Lion Air, ada 27 pola berwarna hitam dan 1 pola berwarna krem.
”Alhamdulillah, kami bisa mendapatkan kesempatan menghasilkan kulit jok untuk perusahaan penerbangan sebesar Lion Group,” kata Ramdani.
Pelatihan khusus
Industri produk olahan kulit di Garut diyakini telah muncul tahun 1800-an. Kerajinan ini pertama kali ditekuni orang Belanda di Garut dengan membuat sepatu berbahan kulit sapi.
Perlahan, memasuki tahun 1900-an, masyarakat Garut berinovasi mengembangkan kerajinan kulit menjadi jaket, dompet, dan celana menggunakan kulit domba. Sentranya dikenal dengan nama Sukaregang.
Hingga kini, produk mode seperti sepatu, tas, hingga jaket kulit tetap dicari banyak orang. Sedikitnya ada 300 unit usaha pembuatan produk kulit di sana. Pekerjanya 2.000-3.000 orang.
Akan tetapi, tidak cukup sekadar nama besar untuk mendapatkan kepercayaan. GMP, misalnya, butuh waktu hampir setahun demi menghasilkan produk jok kulit pesawat yang sesuai standar industri penerbangan. Diperlukan sumber daya manusia yang kompeten dan pengujian selama beberapa kali hingga mencapai standar.
Baca juga: Di Teduhan Pohon Trembesi Istana Bogor, Domba Garut Presiden Jokowi Beranak Pinak
Budi Kisrimanto, konsultan bidang pengembangan produk dan teknik GMP, memaparkan proses pelatihan 74 pekerja sesuai bidangnya masing-masing. Pelatihan dilakukan secara bertahap dengan durasi satu hingga tiga bulan.
GMP pun melakukan pemonitoran secara berkala selama proses produksi kulit jok. Upaya ini demi melihat kemampuan pekerja mengimplementasikan hasil pelatihan sesuai standar.
”Mereka memang telah memiliki kemampuan menghasilkan produk olahan kulit yang laik digunakan. Namun, khusus untuk jok Lion, mereka kembali dibekali pelatihan agar produk yang dihasilkan sesuai standar,” kata Budi.
Muhammad Abid Shafli Aziz (27) dan Zidna Nabilah Afifah (22), misalnya, berperan penting menyiapkan komposisi minyak, air, dan bahan kimia. Semua diperlukan untuk mengubah kulit mentah untuk siap dibentuk dan digunting.
Abid dan Zidna mengaplikasikan ilmu yang diraihnya selama kuliah di Akademi Teknik Kulit Yogyakarta. ”Sinergi semua pekerja meskipun berbeda latar belakang pendidikan, usia, dan keterampilan menjadi kunci kekuatan kami,” kata Abid.
Chief Operating Officer GMP Indrawan S Adji mengisahkan, GMP yang menjadi salah satu lini usaha PT Widodo Makmur Perkasa menyiapkan komponen interior jok berdasarkan keputusan Lion Air Group pada Juli 2022. GMP terpilih dari 10 perusahaan yang diundang pihak Lion.
Bagi Indrawan, ada niat mulia di balik keputusan Lion memberikan kesempatan bagi pelaku usaha lokal. Harapannya, bisnis penerbangan di Indonesia bisa memberikan dampak positif bagi pelaku UMKM dalam negeri.
PT Batam Aero Teknik selaku anak perusahaan Lion Air pun diutus untuk langsung mendampingi GMP selama enam bulan. Tujuannya agar produk kulit GMP tidak hanya memenuhi standar Lion Air, tetapi juga Direktorat Kelaikudaraan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan.
Kami bangga menjadi pelaku usaha lokal pertama yang terpilih memproduksi komponen interior untuk maskapai penerbangan nasional.
Tahan api
Semangat juang dan rasa percaya diri para pekerja GMP membuahkan hasil. Hasil tes uji kulit GMP di laboratorium milik Badan Riset dan Inovasi Nasional serta Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik Yogyakarta memenuhi standar.
”Pada awal tahun 2023, pengujian pertama kulit GMP dipasang sebagai jok pada satu baris kursi pesawat Super Air Jet jenis Airbus tipe 320-200,” ungkap Indrawan.
Setelah melewati tahapan pengujian dan verifikasi, penggunaan kulit buatan GMP sebagai jok salah satu pesawat Lion Air Group resmi disetujui. Momen ini ditandai dengan penandatanganan kontrak kerja sama antara Lion Air Group dan GMP pada 29 September 2023.
Baca juga: Mereka yang Bertahan Memanfaatkan Kulit
GMP pun telah mengirimkan produk buatannya ke pihak Lion Air Group mencapai 73.600 kaki persegi. Pengiriman ini untuk 12 pesawat Super Air Jet dari bulan November hingga minggu pertama Desember 2023.
”Kami bangga menjadi pelaku usaha lokal pertama yang terpilih memproduksi komponen interior untuk maskapai penerbangan nasional. Mudah-mudahan niat baik Lion Air Group bisa diikuti maskapai lain,” kata Indrawan.
Manajer Produksi PT Batam Aero Teknik Budi Yuwono mengungkapkan, produk kulit GMP memenuhi tahap uji yang paling krusial untuk keselamatan penerbangan, yakni tahan bakar. Produk kulit GMP ketika dibakar tidak meluas lebih dari 12 inci atau 30,48 sentimeter.
Pengujian tahan bakar untuk kulit GMP dilakukan di laboratorium BRIN dan Design Organization Approval (DOA) atau Persetujuan Organisasi Desain di Bandung yang berada di bawah pengawasan Kementerian Perhubungan.
Adapun produk kulit GMP kini telah mengudara bersama tiga pesawat Super Air Jet. Menurut rencana, pemasangan kulit untuk jok untuk tiga pesawat lainnya dilakukan pada tahun ini.
”Penggunaan produk GMP untuk 12 pesawat Super Air Jet akan dilakukan secara bertahap karena perlu melalui proses evaluasi 6 bulan hingga 1 tahun,” kata Budi.
Produk kulit asal Garut yang digunakan sebagai jok beberapa pesawat Lion Air Group menunjukkan karya anak negeri mampu mencapai level tertinggi di industri penerbangan. Bukan tidak mungkin, kehadirannya akan terus menjadi semangat agar produk dalam negeri bisa terus bersaing di tempat tertinggi.
Baca juga: Industri Tekstil dan Produk Tekstil: Sejarah, Potret, Tantangan, dan Kebijakan