logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊMenghidupkan Kembali Pewarna...
Iklan

Menghidupkan Kembali Pewarna Alami Ulos, Budaya Leluhur yang Ditinggalkan

Puluhan tahun ditinggalkan, petenun ulos mulai menggunakan lagi pewarna alami untuk wastra berkualitas tinggi.

Oleh
NIKSON SINAGA
Β· 1 menit baca
Kamsia Butar-Butar menenun kain ulos berkualitas tinggi dengan pewarna alami, benang katun, dan motif asli di stan Jabu Bonang di acara Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1H2O) di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Sabtu (2/3/2024).
KOMPAS/NIKSON SINAGA

Kamsia Butar-Butar menenun kain ulos berkualitas tinggi dengan pewarna alami, benang katun, dan motif asli di stan Jabu Bonang di acara Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1H2O) di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Sabtu (2/3/2024).

Setelah sempat ditinggalkan, tenun ulos dengan pewarna alami dan benang katun berkualitas mulai hidup lagi. Bahan pewarna dari tanaman lokal seperti indigofera, kunyit, kulit mahoni, hingga kayu endemik Toba, seperti jior dan ungil yang sudah dipakai leluhur sejak dulu, kini kembali mewarnai kain tradisional Batak itu.

Jemari Kamsia Butar-Butar (51) cekatan menenun ulos Ragihuting di stan Jabu Bonang pada acara Kejuaraan Dunia Perahu Motor Formula 1 (F1H2O) di Balige, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Sabtu (2/3/2024). Jarinya bergerak cepat di antara benang katun yang diwarnai dari berbagai bahan tanaman.

Editor:
CHRISTOPERUS WAHYU HARYO PRIYO
Bagikan