logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊSebelas Bulan Atlet dan...
Iklan

Sebelas Bulan Atlet dan Pelatih Tidak Digaji akibat Sengkarut KONI Sumsel

Atlet dan pelatih menjadi korban sesungguhnya dari sengkarut dugaan kasus korupsi yang menjerat tiga petinggi KONI Sumsel 2020-2024. Akibatnya, atlet dan pelatih tidak menerima gaji total selama 11 bulan.

Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
Β· 1 menit baca
Pelari putri spesialis 400 meter Sumatera Selatan, Sri Mayasari (kiri), menjalani latihan rutin Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Sumsel di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Sumsel, Kamis (23/11/2023). Sepanjang kepengurusan KONI Sumsel 2020-2024, tidak ada sepeser pun anggaran bantuan pembinaan untuk semua cabang olahraga. Akibatnya, atlet elite seperti Sri dan pelari gawang 110 meter Rio Maholtra tidak menerima gaji delapan bulan terakhir dan tiga bulan pada tahun lalu.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH

Pelari putri spesialis 400 meter Sumatera Selatan, Sri Mayasari (kiri), menjalani latihan rutin Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Sumsel di Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Sumsel, Kamis (23/11/2023). Sepanjang kepengurusan KONI Sumsel 2020-2024, tidak ada sepeser pun anggaran bantuan pembinaan untuk semua cabang olahraga. Akibatnya, atlet elite seperti Sri dan pelari gawang 110 meter Rio Maholtra tidak menerima gaji delapan bulan terakhir dan tiga bulan pada tahun lalu.

Atlet dan pelatih adalah korban sesungguhnya di balik sengkarut dugaan kasus korupsi yang menjerat tiga petinggi Komite Olahraga Nasional Indonesia Sumatera Selatan. Akibat skandal itu, atlet dan pelatih tidak menerima gaji selama sebelas bulan. Namun, demi mengharumkan Sumsel di Pekan Olahraga Nasional Aceh-Sumatera Utara 2024, atlet dan pelatih tetap melaksanakan pelatihan meskipun harus merogoh kocek pribadi.

Kondisi Sri Mayasari (29), pelari putri spesialis nomor 400 meter, tampak kurang sehat saat menjalani latihan sore di Lapangan Atletik 2 Kompleks Olahraga Jakabaring, Palembang, Kamis (23/11/2023). Berulang kali, Sri mengeluarkan batuk berbunyi keras dan sepertinya cukup menyiksa tenggorokan.

Editor:
SUSY BERINDRA
Bagikan