logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKonsumsi Pangan Lokal Bukan...
Iklan

Konsumsi Pangan Lokal Bukan Beras Disosialisasikan kepada Warga NTT

Pangan bukan beras, seperti jagung, singkong, sorgum, dan sukun, mulai sekarang bisa disosialisasikan kepada generasi muda di NTT. Daerah ini sulit memproduksi beras karena kekeringan.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
Β· 1 menit baca
Ubi jalar dan singkong sebagai pangan pengganti beras dijual di Pasar Naikoten, Kota Kupang, Sabtu (7/10/2023). Satu ikat ubi jalar seperti ini dijual Rp 20.000. Namun, sayang, generasi muda kelahiran di atas tahun 1990 tidak terbiasa mengonsumsi ubi jenis ini kecuali nasi atau mi.
KORNELIS KEWA AMA

Ubi jalar dan singkong sebagai pangan pengganti beras dijual di Pasar Naikoten, Kota Kupang, Sabtu (7/10/2023). Satu ikat ubi jalar seperti ini dijual Rp 20.000. Namun, sayang, generasi muda kelahiran di atas tahun 1990 tidak terbiasa mengonsumsi ubi jenis ini kecuali nasi atau mi.

KUPANG, KOMPAS β€” Saat ini, harga beras di wilayah Nusa Tenggara Timur terus merangkak naik. Harga tertinggi saat ini mencapai Rp 17.500 per kilogram dan terendah Rp 13.000 per kg. Stok beras dengan harga terendah tersebut semakin langka ditemukan di pasar atau kios beras.

Harga beras yang tinggi menjadi salah satu alasan pemerintah untuk menyosialisasikan pangan lokal nonberas. Diharapkan, beragam variasi pangan lokal bisa menggantikan beras. Produksi pangan di NTT sebenarnya sudah cukup. Kebutuhan beras di NTT tahun 2022 sebanyak 523.112 ton. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTT, produksi beras pada tahun 2022 sebanyak 442.842 ton. Kekurangan kebutuhan beras bisa dipenuhi dari luar NTT.

Editor:
SUSY BERINDRA
Bagikan