logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKegigihan Petani di Lahan...
Iklan

Kegigihan Petani di Lahan Kering NTT

Para petani yang mengolah lahan kering di Nusa Tenggara berjuang menghadapi kekeringan ekstrem. Berbagai upaya dilakukan supaya tak terjadi gagal panen.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
Β· 1 menit baca
Ayup Suni (43), petani lahan kering, sedang menebas semak-semak dan rerumputan sebagai persiapan lahan kering untuk musim tanam 2023/2024, Selasa (19/9/2023). Ia selalu optimistis meski punya pengalaman gagal panen di lahan kering. Sistem tebas, bakar, dan tanam tak berdampak apa pun bagi produksi pertanian, apalagi curah hujan sangat terbatas.
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Ayup Suni (43), petani lahan kering, sedang menebas semak-semak dan rerumputan sebagai persiapan lahan kering untuk musim tanam 2023/2024, Selasa (19/9/2023). Ia selalu optimistis meski punya pengalaman gagal panen di lahan kering. Sistem tebas, bakar, dan tanam tak berdampak apa pun bagi produksi pertanian, apalagi curah hujan sangat terbatas.

Ayup Suni (43) menghela napas panjang setelah puluhan kali mengayunkan parang, memotong semak belukar di Oelsonbai, Kelurahan Fatukoa, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Selasa (19/9/2023). Ia membabat semak belukar yang kering kerontang berwarna coklat sebagai persiapan musim tanam mulai tahun ini. Pekerjaan menyiapkan lahan ini dikebut supaya hujan turun, lahan sudah siap ditanami. Hujan diprediksi turun sekitar akhir bulan November atau awal Desember ini.

Lahan yang digarap Ayup seluas sekitar 5.000 meter persegi. Sudah hampir 80 persen rumput dan semak sudah dibabat sejak Juli 2023. Ayup mulai bekerja pukul 07.00 WITA dan sempat istirahat pulang ke rumah pada siang hari. Sorenya, sekitar pukul 16.00, dia akan kembalimenggarap lahannya.

Editor:
SUSY BERINDRA
Bagikan