logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊBertaruh Nyawa di Atas Sampan ...
Iklan

Bertaruh Nyawa di Atas Sampan demi Sekolah

Anak-anak di daerah terpencil di Kepualaun Mentawai kesulitan mengakses sekolah hingga bertaruh nyawa. Penyediaan sekolah filial jadi alternatif di samping pembukaan akses transportasi.

Oleh
YOLA SASTRA
Β· 1 menit baca
Reyhan Vicky Saogo (12), siswa kelas V, mendayung sampan didampingi kawannya, Marjon (15), dari dermaga Dusun Sinaka menjemput rapor ke SD 06 Sinaka di dusun tetangga, Dusun Koritbuah, Desa Sinaka, Kecamatan Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Sabtu (17/6/2023). Anak-anak Dusun Sinaka mesti mendayung sampan sekitar 1 jam melewati selat menuju sekolah di Dusun Koritbuah.
KOMPAS/YOLA SASTRA

Reyhan Vicky Saogo (12), siswa kelas V, mendayung sampan didampingi kawannya, Marjon (15), dari dermaga Dusun Sinaka menjemput rapor ke SD 06 Sinaka di dusun tetangga, Dusun Koritbuah, Desa Sinaka, Kecamatan Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Sabtu (17/6/2023). Anak-anak Dusun Sinaka mesti mendayung sampan sekitar 1 jam melewati selat menuju sekolah di Dusun Koritbuah.

Anak-anak Dusun Sinaka, Kepulauan Mentawai, saban hari bertaruh nyawa mendayung sampan ke sekolah dasar di dusun tetangga. Serangan buaya, cuaca buruk, dan risiko sampan terbalik senantiasa mengintai. Kehadiran sekolah filial yang dinanti-nanti tak kunjung tiba.

Reyhan Vicky Saogo (12) dan kawan-kawan bahu-membahu mendorong sampan di dermaga dusun. Mereka hendak menjemput rapor ke sekolah di dusun tetangga. Saat sampan mencapai air, Reyhan segera naik, disusul seorang kawan, Marjon (15). Perlahan-lahan siswa sekolah dasar itu mendayung sampan menuju selat.

Editor:
RINI KUSTIASIH
Bagikan