Komunitas pedalaman
Orang Rimba yang Gamang
Kasus dukun gadungan yang menjerat Orang Rimba di Jambi menguak minimnya perhatian negara. Mulai dari lambannya penanganan hukum hingga absennya layanan kesehatan. Gambaran diskriminasi berulang pada komunitas adat.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F10%2F21%2Fe03853d5-469b-4d93-b140-f8dd8f657fde_jpg.jpg)
Penyakit kulit dialami warga komunitas adat Orang Rimba di Koto Boyo, Kecamatan Batin XXIV, Batanghari, Jambi, Senin (18/10/2021), menyusul masifnya aktivitas tambang batubara. Sebagian warga terpaksa mengungsi karena tak tahan oleh pekatnya debu yang beterbangan di udara dan kondisi air sungai yang tercemar.
Orang Rimba panik. Penyakit campak melanda anak-anak di wilayah Terab, perbatasan Batanghari dengan Sarolangun, Jambi, tetapi layanan kesehatan keliling tak kunjung hadir.
Rupanya, absennya layanan puskesmas keliling sudah sejak awal tahun. โLamohopi ado (sudah lama tidak ada) dokter (puskesmas keliling),โ ujar Temenggung Ngelembo, pimpinan Orang Rimba di wilayah Terab, Selasa (25/4/2023).
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 11 dengan judul "Orang Rimba yang Gamang".
Baca Epaper Kompas