logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊTradisi Mudik ala Wong Cilik
Iklan

Tradisi Mudik ala Wong Cilik

Mudik adalah fenomena sakral bagi kaum papa. Mereka merasa wajib untuk mudik setiap lebaran untuk melepas rindu sekaligus menunjukkan capaian di perantauan. Berbagai upaya dilakukan demi bisa pulang ke rumah.

Oleh
REBIYYAH SALASAH, Ayu Nurfaizah, STEPHANUS ARANDITIO,
Β· 1 menit baca
Para pemudik berdesakkan saat akan masuk ke dalam kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (15/4/2023). Kemenhub bersama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) menyelenggarakan mudik gratis Lebaran 2023 dari Jakarta menuju Semarang menggunakan kapal laut.
FAKHRI FADLURROHMAN

Para pemudik berdesakkan saat akan masuk ke dalam kapal di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Sabtu (15/4/2023). Kemenhub bersama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) menyelenggarakan mudik gratis Lebaran 2023 dari Jakarta menuju Semarang menggunakan kapal laut.

Seperti perantau lainnya, "wong cilik" yang menghiasi sudut kota juga menjadikan mudik lebaran sebagai tradisi yang harus dirayakan. Uang yang dikumpulkan dari membanting tulang dalam setahun bisa habis dalam kurun seminggu. Sebab, berkumpul bersama keluarga, sungkem ke orang tua, hingga mengecap makanan di kampung adalah hal yang tak ternilai harganya.

Ketika matahari mulai jatuh di ufuk barat, Tamsari (47), sejenak beristirahat di sebuah warung yang berdekatan los sayur Pasar Kramat Jati, Sabtu (8/4/2023). Sambil meluruskan kaki, kuli angkut ini menghitung uang hasil memanggul selama empat jam sejak pukul 12.00. Tiga orang rekan se-profesinya duduk di sebelahnya.

Editor:
SAIFUL RIJAL YUNUS
Bagikan