Ironi Beranda Depan Natuna
Program pemberdayaan nelayan menjadi salah satu tumpuan untuk menghadirkan kesejahteraan sekaligus menjaga wilayah Laut Natuna di beranda depan negara.
Sejak abad ke-6, Laut Natuna telah dikenal sebagai jalur pelayaran yang ramai dilewati kapal niaga dari berbagai penjuru dunia. Perairan antara Semenanjung Malaka dan Pulau Kalimantan itu juga kaya sumber daya minyak dan gas serta perikanan. Ironisnya, posisi strategis dan kekayaan alam di sana belum mampu menghadirkan kesejahteraan bagi warga kepulauan.
Di Laut Natuna terdapat 448 pulau kecil yang dikenal sebagai Gugusan Pulau Tujuh. Tiga pulau utama di gugusan itu adalah Bunguran, Siantan, dan Tambelan. Pengajar di Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, Anastasia Wiwik Swastiwi, menuturkan, saat perdagangan di kawasan Asia Tenggara mencapai puncaknya pada abad ke-14 hingga ke-17, banyak pedagang dari China, Siam, dan Campa singgah di gugusan pulau itu.