logo Kompas.id
NusantaraKorporatisasi Petani dan...
Iklan

Korporatisasi Petani dan Perbaikan Konektivitas Pacu Pembangunan Jateng Selatan

Daya tawar petani di Jawa Tengah bagian selatan perlu ditingkatkan lewat korporatisasi petani. Selain itu, poros-poros pembangunan di Jateng juga perlu terkoneksi lebih optimal.

Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
· 1 menit baca
Para petani di Desa Brobot, Purbalingga, Jawa Tengah, memasukkan gabah hasil panen ke dalam karung, Selasa (23/3/2021). Harga gabah kering panen di tingkat petani Rp 3.500 per kilogram dan petani kesulitan menjual berasnya.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Para petani di Desa Brobot, Purbalingga, Jawa Tengah, memasukkan gabah hasil panen ke dalam karung, Selasa (23/3/2021). Harga gabah kering panen di tingkat petani Rp 3.500 per kilogram dan petani kesulitan menjual berasnya.

PURWOKERTO, KOMPAS — Sektor pertanian dinilai potensial menggairahkan perekonomian di wilayah Jawa Tengah bagian selatan. Meski demikian, dibutuhkan korporatisasi petani agar mereka punya daya tawar tinggi dalam rantai pasar. Harapannya, petani tidak gampang melepas lahan pertaniannya sehingga kedaulatan pangan bisa terjaga.

Demikian benang merah dalam diskusi ”Pengembangan Perekonomian Kawasan Jawa Tengah Bagian Selatan” yang digelar Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto, Kamis (2/6/2022). ”Korporatisasi petani artinya kita meningkatkan daya tawar petani. Kalau bisa melakukan pemusatan empat titik jalur distribusi pemasaran beras, yaitu petani, penebas, penggilingan beras, dan pedagang besar. Ini dijadikan satu di bawah kendali para petani,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra dalam diskusi yang digelar secara hibrida, yakni luring dan daring, tersebut.

Editor:
GREGORIUS MAGNUS FINESSO
Bagikan