logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊKisah Perjuangan Hidup-Mati 12...
Iklan

Kisah Perjuangan Hidup-Mati 12 Nelayan Rote Ndao di Perairan Australia

Kisah perjuangan hidup dan mati 12 nelayan asal Rote Ndao di Perairan Australia selama 3 hari dan 3 malam tanpa makanan dan minuman.

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
Β· 1 menit baca
Kayu rakitan berbahan tiang dan kayu perahu motor Kuda Laut yang tenggelam dan hanyut, Jumat (18/3/2022) dini hari. Kayu rakitan berbentuk salib tak beraturan ini dimanfaatkan 12 nelayan untuk bertahan tiga hari dan tiga malam. Sembilan orang meninggal dan hanyut terbawa arus laut, dan tiga selamat. Foto diambil Angkatan Laut Australia dengan helikopter dari udara kemudian menyebar ke media sosial.
UNGGAHAN FB DARI ASHAR

Kayu rakitan berbahan tiang dan kayu perahu motor Kuda Laut yang tenggelam dan hanyut, Jumat (18/3/2022) dini hari. Kayu rakitan berbentuk salib tak beraturan ini dimanfaatkan 12 nelayan untuk bertahan tiga hari dan tiga malam. Sembilan orang meninggal dan hanyut terbawa arus laut, dan tiga selamat. Foto diambil Angkatan Laut Australia dengan helikopter dari udara kemudian menyebar ke media sosial.

Perjalanan awal, Kamis (17/3/2022), berlangsung aman. Perahu motor Kuda Laut berbobot 30 GT itu mulai dihadang Badai Siklon Tropis di Perairan Australia pada pukul 23.30 Wita hari itu juga. Perahu pecah dan tenggelam. Sebanyak 12 nelayan berjuang merakit tiang kayu penyelamat. Tiga hari tiga malam mereka terombang-ambing diguncang gelombang setinggi 4-5 meter. Sembilan orang meninggal dan hilang, tiga lain selamat, satu di antaranya kritis.

Pice Remirdo Arianto Naluk (33), salah satu dari 12 nelayan asal Desa Hundihuk, Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, Kamis (17/3/2022) pukul 13.00 berpamitan dengan tiga anak dan istri, Heny Lete (30), di desa itu. Heny Lete tidak memiliki firasat apa pun mengenai musibah yang bakal menimpa suami dan kawan-kawannya.

Editor:
HAMZIRWAN
Bagikan