KOTA TUA
Merias Wajah ”Eropa” Surabaya-Malang
Surabaya dan Malang di Jawa Timur tertantang untuk melestarikan kota tua terutama peninggalan masa Hindia Belanda yang rata-rata masih terawat dan fungsional untuk terus memberikan manfaat bagi warga.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F11%2F11%2F099852ab-7788-444c-8b1f-ceaa924fbe09_jpg.jpg)
Salah satu dari ratusan bangunan tua di Jalan Rajawali Surabaya yang menjadi destinasi wisata sejarah.
Surabaya dan Malang sudah ada sejak zaman klasik. Surabaya merupakan salah satu bandar atau perkampungan era Kerajaan Majapahit (abad ke-13). Adapun Malang adalah wilayah tinggalan Kerajaan Kanjuruhan (abad ke-8). Namun, mayoritas repihan peradaban masa silam yang masih terawat bahkan fungsional hingga kini adalah yang bernuansa Eropa atau dari masa kolonial Hindia-Belanda sejak abad ke-18.
Di Surabaya dan Malang terdapat kawasan segregasi atau pemisahan misalnya kompleks Eropa, pecinan, kampung Arab, dan permukiman bumiputra atau pribumi. Namun, bangunan cagar budaya yang besar, megah, ikonik lebih banyak bernuansa Eropa atau dibangun dalam masa kolonial. Karena itulah, program revitalisasi kota tua di Surabaya dan Malang berkemiripan, yakni lebih menyentuh kawasan berwajah Eropa, misalnya Rajawali-Darmo di Surabaya dan Kayutangan di Kota Malang.