logo Kompas.id
NusantaraKegagapan Mitigasi di Atas...
Iklan

Kegagapan Mitigasi di Atas “Urat Bumi”

Meski berulang kali diguncang gempa, masih banyak bangunan di Pandeglang, Banten, belum berstandar tahan gempa. Tanpa mitigasi konstruksi infrastruktur itu, potensi gempa yang lebih merusak tinggal menunggu waktu.

Oleh
TATANG MULYANA SINAGA/ FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/xtISgc2nZTMDVJzXTjcx09YlOnU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2022%2F01%2Fea4dd894-078d-4048-ba87-57c807d22450_jpg.jpg
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Warga Desa Taman Jaya, Sumur, Pandeglang, Banten, Sabtu (15/1/2022), membetulkan kembali genting rumahnya yang sempat merosot dan jatuh akibat diguncang gempa sehari sebelumnya.

Gempa bumi bermagnitudo 6,6 di Selat Sunda, Jumat (14/1/2022) pukul 16.05, kembali mengirimkan sinyal bahaya bagi masyarakat di pesisir Pandeglang, Banten. Sekitar 1.100 rumah rusak. Buruknya konstruksi bangunan memperparah kerusakan. Jika tak segera dibenahi, kegagapan mitigasi di lokasi yang disebut penduduk setempat sebagai ”urat bumi” itu berpotensi menyebabkan dampak lebih besar.

Gempa bermagnitudo 4,7 membuat sebagian masyarakat di Kecamatan Sumur, Cimanggu, dan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, berhamburan keluar rumah, Sabtu pukul 09.29. Guncangan lebih dari lima detik itu membuat tanah gemetar disertai gemuruh.

Editor:
Neli Triana
Bagikan