SOSOK
Teguh Santika Membangun Harapan Suku Batin Sembilan
Bersama para ibu di komunitas suku Batin Sembilan, Teguh menjadi barisan terdepan yang menyambangi para perambah liar. Bukan untuk mengajak perang, melainkan untuk merangkul mereka guna menghutankan kembali yang rusak.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F12%2Fc19b68cc-59b6-4c6d-82a5-87bd9aa54f0e_jpg.jpg)
Teguh Santika (42), penggerak komunitas suku Batin Sembilan di perbatasan Jambi dan Sumatera Selatan.
Hingga tiga tahun lalu, Teguh Santika (42) masih menjalani cara hidup berpindah di tengah hutan, sebagaimana warisan leluhurnya. Situasi belakangan mengetuk-ngetuk pintu kesadaran. Lembaran baru harus dibangun.
Kedatangan para pendatang yang merambah liar ke dalam hutan menjadi keprihatinan Teguh dan seluruh warga komunitas seminomadik suku Batin Sembilan. Sebab, hutan itulah rumah mereka.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 16 dengan judul "Harapan Suku Batin Sembilan".
Baca Epaper Kompas