logo Kompas.id
NusantaraSungsang Sumbal Ukir Jepara...
Iklan

Sungsang Sumbal Ukir Jepara Hadapi Perubahan Zaman

Ukir dan mebel telah lama menjadi napas kehidupan Jepara dalam rentang sejarah. Mulai dari kepemimpinan Ratu Kalinyamat, era RA Kartini, hingga jadi daerah ”jujugan” ukir. Kini, pelestariannya didera berbagai tantangan.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fTyJuwrBoNvS58ckD21_tAsuHVg=/1024x574/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2FPatung-Ukir-Mulyoharjo-Jepara_1637712095.jpg
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA

Sejumlah patung ukir dari kayu dipajang di sekitar tempat produksi di Desa Mulyoharjo, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021). Sejak lama, desa tersebut menjadi sentra seni patung ukir, tetapi kini semakin sedikit pemuda Jepara yang berminat pada seni ukir.

Sudah empat jam Joko Wiyono (53) duduk di atas bentangan kayu di salah satu sudut Desa Mulyoharjo, Jepara, Jawa Tengah, Selasa (23/11/2021) siang. Namun, belum jua ada tanda mebel ekspor hendak dimuat ke truk kontainer yang ia bawa dari Semarang. Seperti sudah biasa, ia maklum menunggu berjam-jam sebelum kembali ke Semarang.

”Barangnya belum siap. Paling sore atau malam kembali lagi ke (Pelabuhan) Tanjung Emas. Sekarang agak sepi. Cari kontainer katanya lagi susah, enggak tahu kenapa. Biasanya, dalam seminggu bisa hingga lima rit (perjalanan bolak-balik), tetapi sekarang hanya dua kali,” ujar Joko yang sudah 25 tahun jadi sopir truk kontainer mebel ekspor.

Editor:
Gregorius Magnus Finesso
Bagikan