logo Kompas.id
NusantaraDenyut Ekonomi Seko Bertumpu...
Iklan

Denyut Ekonomi Seko Bertumpu pada ”Kuda Besi”

Ojek sepeda motor adalah kata kunci sekaligus simpul ekonomi dan mobilitas orang dan barang di Seko, Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Belum sekalipun aspal menyentuh jalan di wilayah ini.

Oleh
Reny Sri Ayu
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/MlTh-0jIE5KZGzvY5XV6WOhzv0Y=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F11%2F65E90E89-5638-46C0-97AC-63C1656604FD_1635905940.jpeg
KOMPAS/RENY SRI AYU

Pengojek sepeda motor dengan membawa banyak muatan melewati jembatan kayu di jalan rusak antara Dusun Palandoang dan Dusun Lambiri di Kecamatan Seko, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Rabu (27/10/2021).

Seko, sebuah kecamatan terpencil di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, sesungguhnya punya kopi enak, beras organik yang pulen, kakao, dan beragam komoditas lainnya. Alamnya pun sungguh elok. Sayang, selama ini orang lebih mengenal Seko sebagai wilayah dengan ongkos ojek sepeda motor termahal di Sulsel, bahkan mungkin di Indonesia.

Hari beranjak petang, Selasa (26/10/2021), saat Andika (39) tiba di Dusun Lambiri, Desa Embonatana, Seko. Dia telah berkendara sejak pagi dari Tugu Durian di Kecamatan Sabbang. Jaraknya sekitar 110 kilometer. Tugu Durian adalah pertigaan yang menghubungkan wilayah di Seko, Rongkong, Sabbang, dengan Masamba (ibu kota Luwu Utara). Titik itu juga simpul ke arah Kota Palopo, Luwu, hingga Luwu Timur, kabupaten tetangga Luwu Utara.

Editor:
Mohamad Final Daeng
Bagikan