logo Kompas.id
NusantaraProduksi Pelet Jadi Pekerjaan ...
Iklan

Produksi Pelet Jadi Pekerjaan Rumah

PLTU ”co-firing” bisa mengurangi pemakaian batubara lewat pemanfaatan biomassa dari pelet kayu, sekam padi, dan cangkang kelapa sawit. Namun, dibutuhkan jaminan keberlanjutan pasokan biomassa tersebut.

Oleh
fransiskus pati herin
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/K3UWMDMeRvWvbNT38mqM_gh4-t0=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F10%2F83564ef7-3ba1-4cef-bbcd-8384b54b0e08_jpg.jpg
Kompas/Priyombodo

Stephanus Retang (35) mencacah sampah biomassa dari rumput kering untuk dibuat pelet di Desa Keliwumbu, Kecamatan Mourole, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/10/2021). Pelet dari sampah biomassa ini dapat digunakan sebagai bahan bakar kompor pelet pengganti minyak tanah. Pelet juga dimanfaatkan oleh PLTU Ropa sebagai substitusi atau campuran batubara pada metode co-firing sebesar 5 persen.

Stefanus Retang (30) menyortir rumput kering di tempat produksi pelet di Desa Keliwumbu, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, Kamis (7/10/2021). Sekitar 2 ton rumput kering itu merupakan bahan baku produksi pelet demi mendukung pembauran energi di Pembangkit Listrik Tenaga Uap  Ropa, tak jauh dari tempat itu.

Setelah dipilah dan dimasukan ke dalam mesin pencacah, segeralah keluar serbuk. Air bercampur cairan bioaktivator diguyur ke atas serbuk agar mudah menggumpal. Setelah  digiling mesin pelet, serbuk tadi berubah menjadi bulatan-bulatan kecil yang siap digunakan. ”Ini sudah jadi bahan bakar,” ujar Stefanus yang bertugas sebagai operator itu.

Editor:
Aris Prasetyo
Bagikan