logo Kompas.id
NusantaraKidung Duka Kerusakan Alam NTT...
Iklan

Kidung Duka Kerusakan Alam NTT yang Tak Terkendali

Jangan sampai generasi muda yang akan datang tidak lagi melihat komodo dan kayu cendana di bumi Nusa Tenggara Timur

Oleh
KORNELIS KEWA AMA
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/K42NCJr50Y0rrFTtpDhHHJ5XYz0=/1024x544/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F86202a0d-80b1-494d-92be-c35318fb0ac7_jpg.jpg
KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA

Direktur Eksekutif  Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nusa Tenggara Timur Umbu Wulang Tanaamah Paranggi (kacamata kedua dari kanan) dalam pertemuan daerah lingkungan hidup Walhi NTT XVIII, 23-24 September 2021. Dokumen Walhi NTT.

Adagium suara rakyat adalah ”suprema lex” tidak berlaku di Nusa Tenggara Timur. Lingkungan terus dirusak dan kekayaan alam diambil paksa atas nama kesejahteraan, tetapi masyarakat justru makin terpuruk.

Potret Nusa Tenggara Timur terkini adalah ruang terkepung yang berbagai praktik pembangunan yang abai dan lalai pada kepentingan rakyat dan lingkungan hidup. Sejumlah model pembangunan pemerintah dan investasi swasta lebih bersifat top down, tidak ada tempat bagi suara masyarakat. Mereka menjadi korban pembangunan.

Editor:
nelitriana
Bagikan