logo Kompas.id
β€Ί
Nusantaraβ€ΊTerdampak Pandemi, Perajin...
Iklan

Terdampak Pandemi, Perajin Batik di DIY Berjuang untuk Bangkit

Pandemi Covid-19 membuat penghasilan para perajin batik di Daerah Istimewa Yogyakarta menurun drastis. Namun, para perajin itu tidak menyerah dan terus berjuang untuk bangkit dan menggerakkan kembali usahanya.

Oleh
HARIS FIRDAUS
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/cCJNh8IHmVbw6133a1nr4JZP5EU=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F750f61a4-6dad-49ea-b81b-90067b6434d6_jpg.jpg
KOMPAS/HARIS FIRDAUS

Seorang pembatik menunjukkan kain batik yang dibuat dengan pewarna alam, Rabu (18/8/2021), di Kampung Batik Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Kampung Batik Giriloyo, terdapat 540 pembatik yang tergabung ke dalam 12 kelompok.

YOGYAKARTA, KOMPAS β€” Pandemi Covid-19 menghadirkan dampak besar bagi para perajin batik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Akibat pandemi, penghasilan pembatik di sejumlah wilayah DIY menurun drastis. Namun, mereka tidak menyerah dan terus berjuang untuk bangkit dan menggerakkan kembali usahanya.

Dampak pandemi itu, antara lain, dirasakan oleh para pembatik di Kampung Batik Giriloyo, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, DIY. Di kampung batik tersebut, terdapat 540 pembatik yang tergabung ke dalam 12 kelompok. Mereka berasal dari tiga dusun di Desa Wukirsari, yakni Dusun Giriloyo, Cengkehan, dan Karang Kulon.

Editor:
agnespandia
Bagikan